Pengembangan Modul Berbasis Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI SMA dengan Model 4D
Abstract
Latar belakang pemilihan masalah adalah kurangnya tingkat kemampuan
pemecahan masalah yang dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
sejarah. Bahan ajar yang digunakan kurang memfasilitasi peserta didik dalam
pemecahan masalah yang dihadapi. Kekurangan atas materi pembelajaran mereka
cari melalui Internet. Pengembangan modul berbasis Problem Based Learning
dapat menjadi salah satu referensi untuk memperkaya bahan ajar dalam
pembelajaran sejarah di sekolah. Selain itu, modul berbasis Problem Based
Learning dapat membantu siswa dalam proses pemecahan masalah secara mandiri
ataupun kelompok melalui langkah-langkah metode Problem Based Learning.
Permasalahan yang diajukan yaitu (1) Bagaimanakah hasil validasi ahli
terhadap modul berbasis Problem Based Learning pada mata pelajaran sejarah
Indonesia kelas XI SMA dengan model 4D ? (2) Apakah modul berbasis Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik kelas XI SMA ?
Tujuan penelitian pengembangan adalah pertama, untuk menghasilkan
produk berupa modul berbasis Problem Based Learning pada mata pelajaran
sejarah Indonesia kelas XI SMA dengan model 4D bahasan “Strategi dan Bentuk
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan dari
Ancaman Sekutu dan Belanda” yang tervalidasi dan layak. Kedua, meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik menggunakan modul berbasis
Problem Based Learning.
Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4D.
Tahapan dalam model pengembangan ini yaitu define (pendefinisian), design
(perancangan), develop (pengembangan), disseminate (penyebaran). Pertama,
pada tahap define terdapat lima langkah yaitu fornt-end analysis (analisis ujung
depan), learner analysis (analisis peserta didik), concept analysis (analisis
konsep), task analysis (analisis tugas) dan specifying instructional objectives (perumusan tujuan pembelajaran). Kedua, tahap design, terdapat empat langkah
yaitu (1) criterion test construction (penyusunan tes), (2) media selection
(pemilihan media), (3) format selection (pemilihan format), dan yang terakhir (4)
initial design (rancangan awal). Ketiga, pada tahap develop terdiri dari expert
appraisal (validasi ahli) dan development testing (uji coba pengembangan).. Pada
tahap kelima, disseminate yang terdiri dari (1) validation testing (2) packaging
dan terakhir (3) diffusion dan adaption.
Hasil yang diperoleh melalui expert appraisal (validasi ahli) dan
development testing (uji coba pengembangan) adalah yang pertama, expert
appraisal (validasi ahli) diperoleh hasil validasi melalui ahli isi bidang studi, ahli
desain pembelajaran, dan ahli bahasa. Hasil ahli isi bidang studi memperoleh hasil
persentase sebesar 75,29% dengan kriteria kelayakan “baik”. Untuk hasil validasi
ahli desain pembelajaran memperoleh hasil presentase sebesar 93,33% dengan
kriteria kelayakan “sangat baik”. Sedangkan untuk hasil validasi ahli bahasa
memperoleh hasil persentase sebesar 90% dengan kriteria kelayakan “sangat
baik”. Kedua, development testing (uji coba pengembangan) dilakukan dengan
melakukan uji pengguna, uji kelompok kecil, dan uji kelompok besar. Pada uji
pengguna didapatkan hasil persentase sebesar 93,75% dengan kriteria kelayakan
“sangat baik”. Uji coba kelompok kecil juga melibatkan 12 peserta didik
menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata pre test sebesar 50,83 (Std.
Deviasi=13,28) dan post test sebesar 83,75 (Std. Deviasi=5,69). Nilai rata-rata
post test lebih besar dibanding nilai pre test pada subyek kelompok kecil. Dengan
demikian, dapat disimpulkan terjadi peningkatan nilai pengetahuan peserta didik
setelah menggunakan modul berbasisi Problem Based Learning. Pada uji
kelompok besar yang melibatkan 25 peserta didik menunjukkan hasil bahwa nilai
rata-rata pre test sebesar 47,8 (Std. Deviasi=7,23) dan post test sebesar 80,8 (Std.
Deviasi=4,25). Nilai rata-rata post test lebih besar dibanding nilai pre test pada
subyek kelompok besar. Melalui persentase pada uji coba kelompok kecil dan
besar dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik antara sebelum dan sesudah menggunakan modul berbasis Problem
Based Learning. Disimpulkan bahwa produk modul berbasis Problem Based Learning yang
dikembangkan dan telah tervalidasi memperoleh hasil yang baik. Mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada mata pelajaran
sejarah. Maka, pengembangan modul berbasis Problem Based Learning pada
mata pelajaran sejarah Indonesia kelas XI SMA dengan model 4D mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Saran pemanfaatan modul berbasis Problem Based Learning adalah
pendidik diharapkan mampu menjadi fasilitator yang baik dalam mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan dan hendaknya pendidik
mampu mengkondisikan kelas pada saat melakukan kegiatan pembelajaran agar
lebih efektif.
Kelebihan modul berbasis Problem Based learning yaitu modul berbasis
Problem Based Learning didesain sedemikian rupa berdasarkan tuntutan
kompetensi yang harus dipenuhi oleh peserta didik dalam kurikulum 2013, desain
yang menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, serta dapat membantu
peserta didik dalam proses pemecahan masalah yang dihadapi.