Validasi Metode Dan Penetapan Kadar Genistein Dalam Ekstrak Edamame (Glycine Max L. Merrill) Terfermentasi Aspergillus Oryzae Dengan Metode Klt Densitometri
Abstract
Osteoporosis merupakan penyakit dengan penurunan densitas dan
kekuatan tulang yang mengakibatkan kerapuhan pada tulang yang biasanya
disertai dengan atau tanpa kerusakan arsitektur tulang. Gejala osteoporosis paling
banyak pada wanita dengan umur diatas 70 tahun. Memasuki usia 40 tahun, secara
fisiologis produksi estrogen mulai berkurang hingga konsentrasinya hanya
mencapai 10% saat wanita memasuki masa pascamenopause. Terapi untuk pasien
osteoporosis yaitu menopausal hormone therapy (MHT), namun terapi tersebut
memiliki efek samping seperti penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini berfokus
pada bahan alam untuk mencari efek menguntungkan dari esterogen, salah
satunya yaitu fitoesterogen.
Isoflavon genistein merupakan salah satu fitoesterogen yang memiliki
aktivitas mirip esterogen atau Selective Estrogen-Receptor Modulators (SERMs)
alami. Genistein merupakan isoflavon utama yang terdapat pada kedelai yang
dapat merangsang fungsi osteoblast. Isoflavon pada kedelai terdapat dalam empat
bentuk, yaitu bentuk aglikon (non gula), bentuk glikosida, bentuk asetilglikosida,
bentuk malonilglikosida. Secara alami, isoflavon kedelai terdapat dalam bentuk
glikosida yaitu genistin, daidzin dan glisitin. Adanya proses fermentasi dapat
meningkatkan kandungan isoflavon aglikon pada kedelai. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui validitas metode analisis dan pengaruh fermentasi edamame
menggunakan jamur Aspergillus oryzae .
Tahap awal yang dilakukan adalah preparasi sampel yang terdiri dari
edamame non-fermentasi dan terfermentasi hari ke-1, 2, 3, dan 4. Kemudian
dilakukan validasi metode terhadap metode yang akan digunakan dan dilanjutkan dengan penetapan kadar daidzein pada ekstrak edamame non-fermentasi dan
terfermentasi.
Hasil optimasi kondisi analisis diperoleh pelarut yang digunakan adalah
metanol p.a; fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F
254
; fase gerak yang
digunakan adalah kombinasi n-heksana : etil asetat : asam asetat (2:5:0,15);
panjang gelombang optimum 266 nm; dan konsentrasi uji yang digunakan adalah
80 mg/ml.
Berdasarkan hasil pengujian parameter validasi yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa metode analisis yang digunakan dalam penentuan kadar
genistein dalam ekstrak edamame non fermentasi dan edamame terfermentasi oleh
A. oryzae tidak valid, karena tidak memenuhi nilai resolusi pada parameter
selektivitas yaitu kurang dari 1,5 sehingga kurang selektif untuk pemisahan
genistein. Validasi yang dilakukan memenuhi parameter linieritas dengan nilai r
sebesar 0,998, Vx0 sebesar 3,513 % dan Xp sebesar 26, 745; memenuhi parameter
BD dan BK dengan nilai r sebesar 0,990, Vx0 sebesar 4,859 % dan Xp sebesar
24,949, nilai BD sebesar 24,949 ng sedangkan BK sebesar 74,798 ng; memenuhi
persyaratan presisi dengan nilai RSD kurang dari 5,3%; memenuhi persyaratan
akurasi dengan nilai recovery memenuhi rentang 90-107%. Kadar genistein yang
diperoleh pada penetapan kadar dalam ekstrak edamame yaitu sampel edamame
non fermentasi sebesar 0,0655 ± 1,8x10
-3
%b/b. Kemudian kadar genistein
menurun pada fermentasi hari pertama secara signifikan sebesar 0,0074 ± 3x10
-4
%b/b. Setelah itu, kadar mulai meningkat di hari kedua fermentasi sebesar 0,0387
± 2,4x10
-3
%b/b kemudian terus meningkat di hari ketiga fermentasi sebesar
0,0489 ± 2,6x10
-3
%b/b dan menurun kembali pada fermentasi hari keempat
sebesar 0,0294 ± 2,5x10
-3
%b/b.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]