Strategi Pemasaran Dan Pengembangan Tepung Cassava Pada Agroindustri UD. Nula Abadi di Kabupaten Bondowoso.
Abstract
Tepung cassava (cassava flour) merupakan olahan berbahan baku ketela
pohon yang belum banyak tersedia di pasaran. UD. Nula Abadi merupakan salah
satu agroindustri pencetus olahan tepung cassava yang baru di Kabupaten
Bondowoso. Tepung cassava dijual dengan harga Rp. 25.000/kg, harga tersebut
cukup mahal dibandingkan tepung sejenisnya. Pemasaran produk dibantu
pedagang besar dan pengecer dengan margin pemasaran yaitu Rp. 10.000 s/d Rp.
15.000/kg. Kandungan gizi yang tinggi serta produk tersebut merupakan produk
baru, inovatif dan memiliki nilai ekonomis tinggi patut dikembangkan sebagai
bahan baku substitusi maupun complement.
Penelitan pada agroindustri UD. Nula Abadi dilakukan untuk mengetahui
1) Saluran dan efisiensi pemasaran, 2) Pendapatan dan efisiensi biaya produksi
serta 3) Strategi pengembangan tepung cassava. Daerah penelitian ditentukan
secara sengaja (purposive method) dengan pertimbangan bahwa UD. Nula Abadi
merupakan agroindustri baru dengan produk inovatif yang masih belum banyak
dikenal masyarakat di Kabupaten Bondowoso. Sampel produsen ditentukan secara
sengaja (purposive sampling) dan snowball sampling untuk lembaga pemasaran.
Data dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis
menggunakan margin, share dan efisiensi (Eps) untuk menjawab hipotesis
pertama serta rumus pendapatan dan R/C ratio untuk menjawab hipotesis kedua
dan ketiga. Analisis saluran pemasaran dan SWOT dilakukan secara deskriptif
untuk menjawab hipotesis ketiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Saluran pemasaran tepung
cassava pada UD. Nula Abadi terdiri atas 3 saluran pemasaran dan saluran
pemasaran II yang paling efisien (Produsen - Pedagang besar - Konsumen rumah
tangga/agroindustri). 2) Total penerimaan tepung cassava sebesar Rp.
6.250.000,00 dengan total biaya produksi sebesar Rp. 3.525.458,33, sehingga didapatkan jumlah pendapatan sebesar Rp. 2.724.541,67. Sedangkan nilai
efisiensi biaya produksi didapatkan sebesar 1.17 yang artinya bahwa setiap
penggunaan Rp. 1 biaya untuk membuat tepung cassava, akan mendapatkan
penerimaan sebesar Rp.1.77 atau efisien. 3) Posisi agroindustri tepung cassava
terletak pada bidang White Area atau bidang kuat berpeluang, artinya agroindustri
tersebut dapat menggunakan kompetensi yang dimilikinya untuk memanfaatkan
peluang yang prospektif. Strategi yang didapat diterapkan oleh agroindustri
tepung cassava meliputi peningkatkan produksi dengan memanfaatkan dukungan
pemerintah didasarkan pada keunggulan produk, pesaing yang masih sedikit,
jangkauan pasar yang luas serta teknologi yang semakin maju mengingat bahan
baku di Bondowoso masih tercukupi. Peningkatkan variasi produk dengan
pemanfaatan teknologi yang semakin maju serta penambahan sertifikasi ijin
produk dengan bantuan pemerintah. Pemerintah Kabupaten Bondowoso
diharapkan memberikan dukungan baik pelatihan, modal, teknologi untuk
pengembangan produk tepung cassava, serta peningatkan produksi dan pemasaran
melalui pemanfaat teknologi mesin maupun informasi, sehingga mendapatkan
keuntungan yang lebih besar serta jangkauan pasar yang luas.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]