dc.description.abstract | Tanaman buncis merupakan komoditas hortikultura yang memiliki tingkat
permintaan tinggi dari konsumen, hal tersebut dalam kenyataannya produksi
buncis pada tahun 2009-2014 mengalami produksi yang fluktuasi, dengan data
terakhir pada tahun 2014 diperoleh produksi sejumlah 318.214 ton/ha dengan luas
panen 28.632 ha. Faktor yang menyebabkan turunnya produktivitas yang belum
bisa mencapai target, diantaranya yaitu kebutuhan nutrisi yang diberikan oleh
tanaman buncis. Namun disisi lain juga ketidak tersedianya unsur hara didalam
tanah yang akan diserap oleh tanaman dan kondisi tanah yang tidak mendukung
budidaya tanaman buncis membuat produktivitas jauh dibawah potensi genetik.
Nutrisi yang diberikan untuk tanaman buncis yaitu berupa pupuk. Menurut
Amara dan Muorad (2013), pemupukan merupakan proses pemberian bahan
berupa organik maupun anorganik yang dilakukan bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi ketika tanaman melakukan proses pertumbuhannya mulai dari
fase vegetatif hingga fase generatif. Menurut Rahman et al., (2014) nutrisi utama
yang digunakan oleh tanaman dalam jumlah yang besar dan sering dilengkapi
untuk pertumbuhan yaitu pupuk Nitrogen, Fosfor dan Kalium. Pupuk merupakan
faktor penting dalam menjalankan proses budidaya tanaman. Pentingnya
pemupukan yang diaplikasikan ke suatu tanaman akan mempengaruhi hasil yang
nantinya akan diperoleh. Pada fase pembungaan tanaman buncis ini juga rentan
terjadi pengguguran bunga sehingga untuk mencegah dari rontoknya bunga dapat
diaplikasikan zat pengatur tumbuhan, sejenis hormon giberelin (GA3). Hormon
giberelin mampu merangsang pertumbuhan bunga dan pembentukan bakal buah
serta memperkuat kondisi batang pada tanaman buncis. Selain itu pada fase
pembungaan hormon giberelin juga memiliki peran dalam mencegah perontokan
bunga. | en_US |