“Pengaruh Ekstrak Etanol 70% Cacing Tanah (Pheretima javanica K.) terhadap Penurunan Demam Tifoid pada Tikus Putih (Rattus norvegicus B.)
Abstract
Kasus demam tifoid di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000
penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan ratarata kasus per tahun 600.000-1.500.000 penderita. Seseorang dapat terjangkit demam
tifoid apabila mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses
orang yang terinfeksi. Seringnya penggunaan antibiotik sintesis menyebabkan bakteri
Salmonella thypi mengalami peningkatan resistensi yang sangat tinggi terhadap
beberapa antibiotik. Sifat resistensi Salmonella typhi dapat menyebabkan angka
kematian yang lebih tinggi terhadap penderita demam tifoid. Sehingga, untuk
mengatasi sifat resistensi Salmonella typhi terhadap antibiotik, perlu adanya obat
tradisional yang dapat menekan populasi bakteri Salmonella thypi dalam tubuh
penderita demam tifoid salah satunya cacing tanah (Pheretima javanica K.).
Pada penelitian ini, cacing tanah (Pheretima javanica K.) diekstrak
menggunakan pelarut etanol 70% karena etanol 70% merupakan konsentrasi yang
efektif untuk membunuh mikroorganisme. Dengan menggunakan etanol 70% sebagai
pelarut, protein aktif dalam cacing tanah (Pheretima javanica K.) dapat terangkat
sehingga dapat menurunkan demam tifoid pada tikus putih. Tujuan Penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh dan dosis minimum ekstrak etanol 70% cacing tanah
(Pheretima javanica K.) terhadap demam tifoid pada tikus putih.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap yakni aklimatisasi, infeksi
Salmonella typhi, dan induksi ekstrak etanol 70% cacing tanah (Pheretima javanica
K.). Indikator demam tifoid tikus putih yang diamati yakni suhu tubuh, konsumsi
pakan, keadaan rambut badan, gerakan, keadaan feses, uji feses, dan kultur darah dimana pengukuran suhu tubuh, perhitungan pakan, pengamatan keadaan rambut
badan, keadaan feses, dan perhitungan gerakan dilakukan setiap hari selama 21 hari
sedangkan untuk uji feses dan kultur darah dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tubuh tikus putih yang tinggi dan
konsumsi pakan menjadi meningkat setelah infeksi Salmonella typhi menjadi turun
(normal) setelah diinduksi ekstrak etanol 70% cacing tanah (Pheretima javanica K.).
Skala pada keadaan rambut badan, gerakan, dan keadaan feses menjadi naik serta
koloni Salmonella typhi pada uji feses dan kultur darah yang mengalami penurunan
setelah diinduksi ekstrak etanol 70% cacing tanah (Pheretima javanica K.). Hal ini
disebabkan karena kandungan protein aktif pada ekstrak etanol 70% cacing tanah
(Pheretima javanica K.) yang bersifat sebagai anti inflamasi, penyembuh luka, dan
antibakteri. Setelah dilakukan analisis dengan One Way ANOVA dan Kruskal Wallis,
didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol 70% cacing tanah (Pheretima javanica K.)
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan suhu tubuh; peningkatan konsumsi
pakan; dan peningkatan skala keadaan rambut, gerakan, serta keadaan feses namun
berpengaruh secara tidak signifikan terhadap penurunan jumlah koloni Salmonella
typhi pada uji feses dan kultur darah tikus putih. Dari grafik hasil penelitian dapat
diperoleh dosis minimum ekstrak etanol 70% cacing tanah (Pheretima javanica K.)
yang sudah dapat menurunkan demam tifoid pada tikus putih dan mendekati K+
(Ciptofloxacin) yakni pada dosis P2 0,4g/kgBB.