Analisis Thermal Kolektor Pemanas Air Yang Dilengkapi Pcm Parafin – Mentega
Abstract
Energi merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan energi semakin meningkat dengan adanya kemajuan teknologi di dunia. Karena kebutuhan energi yang meningkat maka membuat usaha manusia untuk mengeksploitasi sumber energi tersebut juga meningkat. Mengingat terbatasnya persediaan sumber energi tersebut, manusia mulai memanfaatkan sumber energi lain seperti energi angin, energi air, ataupun energi matahari, dll. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada 60LU dan 110 LS daerah katulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama 10 - 12 jam dalam sehari. Potensi sumber energi matahari di Indonesia sebagai sumber energi listrik alternatif sangat perlu dikembangkan mengingat, total intensitas penyinaran rata - rata 4,5 kWh per meter persegi perhari. Sejauh ini, salah satu pemanfaatan energi matahari yaitu untuk pemanas air. Pemanas air dengan menggunakan tenaga matahari atau lebih dikenal dengan Solar Water Heater (SWH) terus dikembangkan. Untuk dapat secara langsung memanfaatkan energi panas matahari untuk memanaskan air digunakan suatu perangkat yang dapat mengumpulkan energi matahari yang sampai ke permukaan bumi dan mengubahnya kembali menjadi energi kalor yang berguna. Perangkat ini disebut dengan kolektor surya. Namun, ada beberapa masalah dalam pemanfaatan energi surya adalah sifat radiasi surya yang intermiten, dan besarnya radiasi yang tersedia dipengaruhi oleh waktu, kondisi cuaca dan posisi lintang. Untuk pemecahan permasalahan tersebut, teknologi yang dianggap sangat cocok adalah penyimpanan energi termal (Thermal Energy Storage, TES) (Sharma dkk,
2009).
Beberapa kajian dilakukan untuk pemanfaatan material penyimpan panas
dari hidrat garam, parafin, dan senyawa organik (Abhat,1981). Parafin wax
merupakan salah satu PCM yang memiliki sifat antara lain: densitas energinya
cukup tinggi (~200 kJ/kg) dan konduktivitas termalnya rendah (~0,2 W/m.ºC)
,sifat termalnya stabil di bawah 500ºC, tidak berbahaya dan tidak reaktif (Nadjib
dkk, 2015). Namun parafin memiliki konduktivitas termal yang rendah sehingga
perlu waktu untuk proses peleburan dan pemadatan. yang mengurangi daya
keseluruhan dari perangkat penyimpanan panas dan dengan demikian akan
membatasi aplikasi (Buddhi D, 1977). Untuk mengatasi masalah ini, perlu
dilakukan kajian ulang penambahan material yang dapat meningkatkan panas
laten parafin. Mentega merupakan salah satu material penyimpan energi termal
dalam bentuk panas laten. Mentega memiliki panas spesifik sebesar 2300 J/kgK
dengan kisaran temperatur diatas 400C dan konduktifitas termal 0,29 W/mK ( I.H.
Tavman dan S. Tavman, 1999).
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan penambahan mentega
pada PCM parafin dapat meningkatkan meningkatkan karakteristik PCM meliputi
peningkatan panas spesifik PCM (Cp), densitas (ρ), viskositas (v), dan
konduktifitas (k), yang bertujuan untuk meningkatkan laju perpindahan panas
yang terdapat pada PCM di dalam kolektor surya. Peningkatan laju perpindahan
panas pada kolektor akan meningkatkan kinerja kolektor dari segi energi berguna
dan efisiensi kolektor.
Energi berguna pada proses pemanasan yang paling besar terdapat pada pipa
kolektor surya non PCM, hal ini terjadi karena radiasi langsung disalurkan oleh
plat dan pipa absorber yang terbuat dari bahan tembaga langsung ke air. Untuk
pipa yang dilengkapi PCM energi berguna terbesar didapat oleh PCM parafinmentega
20%. Kemudian PCM parafin-mentega 20% dan yang terendah PCM
parafin 100%. Sedangkan pada proses pendinginan energi berguna terbesar
terdapat pada PCM parafin 100%. Efisiensi kolektor surya terbaik terdapat pada kolektor surya yang tidak
dilengkapi PCM yaitu sebesar 101,41 %. sedangkan kolektor surya dengan
penambahan PCM campuran parafin-mentega 20%, 10% dan parafin murni
adalah sebesar: 82,09%, 74,85 %, 62,78%. Meskipun memiliki efisiensi yang
cukup tinggi kolektor surya tanpa dilengkapi PCM tidak bisa melepaskan panas
pada saat proses pendinginan sehingga saat proses tersebut energi berguna pada
kolektor surya tanpa PCM sangat kecil. Sedangkan pada kolektor surya yang
dilengkapi PCM energi berguna yang dihasilkan pada saat proses pendinginan
masih besar.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Indonesia yang merupakan daerah tropis, memiliki intensitas pemanasan radiasi matahari secara langsung. Wilayah Indonesia yang juga sebagian besar terdiri atas perairan, sehingga memiliki potensi udara yang banyak karena uap air yang terpanaskan melalui radiasi matahari. Pemanasan tersebut mengakibatkan variasi kecepatan angin tertentu pada suatu daerah. Sirkulasi udara yang bergerak karena perbedaan tekanan, temperatur serta banyaknya molekul gas di udara yang cukup signifikan. Letak kota Banyuwangi yang berada di sebelah barat selat Bali dan diapit oleh dua perairan luas menyebabkan intensitas kelajuan angin yang cukup besar. Masih sedikitnya penelitian yang dilakukan Indonesia dalam rangka pemanfaatan energi angin khususnya kincir angin Onshore atau pada pantai, menyebabkan masih sedikit teknologi yang bisa dikembangkan untuk pemanfaatan energi angin, khususnya untuk pengaplikasian pada pertambakan tradisional yang membutuhkan pengairan yang lebih banyak.
Arief Yasa’ Afandy (2014-01-27)Perencanaan ini terdiri atas beberapa analisis yang meliputi Analisis jumlah penduduk dan analisis hidrolika. Analisis jumlah penduduk digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk dan prediksi kebutuhan air bersih, sedangkan ... -
BRIKET BIO-ORGANIK DARI SAMPAH PERTANIAN DAN PERKEBUNAN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MASYARAKAT RAWAN ENERGI
Partono, Partono, Drs. M. Si.; Sasongko, Sasongko, Dr. M. Si.; Wahyudi, Djoko Wahyudi, Drs. M. Si. (2016-04-28)Produktivitas sektor pertanian dan perkebunan di dusun Kopang Kebun dinilai cukup tinggi mengingat total luasan sektor ini mendominasi lebih dari 50% jika dibandingkan dengan luasan bangunan dan lainnya, antara lain sawah ... -
Analisis Penerapan Lockout/Tagout (LOTO) sebagai Upaya Pengendalian Energi di Pabrik III PT Petrokimia Gresik (Berdasarkan OSHA 29 CFR 1910.147 dan OSHA 3120) (Analysis Lockout/Tagout(LOTO) Implementation as Energy Control in Plant III PT Petrokimia Gresik) (Based on OSHA 29 CFR 1910.147 and OSHA 3120)
Setyobudi, Dhani (UNEJ PRESS, 2016)Penerapan LOTO di PT Petrokimia Gresik bertujuan untuk mengurangi potensi bahaya yang disebabkan oleh energi release. Namun, potensi bahaya yang berkaitan dengan isolasi energi masih sering ditemukan di lapangan. Penelitian ...