Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Iskemik Pada Ny. K dan Tn. N Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri di Ruang Melati RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018
Abstract
Kejadian stroke di Indonesia meningkat sebesar 8,3% dari tahun 2007,
menjadi 12,1% di tahun 2013, sedangkan prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis
tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Stroke terjadi ketika aliran
darah pada lokasi tertentu di otak terganggu sehingga suplai oksigen juga
terganggu (Tarwoto, 2013) dan menyebabkan kematian jaringan pada otak
(Septiyani, 2016). Lokasi pada daerah yang kekurangan oksigen menjadi rusak
dan menimbulkan gejala defisit neurologis. Gangguan motorik yang sering terjadi
dapat berupa hemiplegi atau hemiparesis, yaitu sebesar 88%. Hemiplegi atau
hemiparese mempengaruhi seluruh aktivitas penderita. Hal ini dapat menurunkan
kemampuan aktifitas fungsional individu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti perawatan diri, sehingga muncul masalah keperawatan defisit perawatan
diri. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
masalah tersebut adalah tindakan terapi fisik atau fisioterapi seperti ROM.
Metode yang digunakan pada penyusunan tugas akhir ini adalah metode
laporan kasus. Pengumpulan data dilakukan terhadap dua orang pasien Stroke
Iskemik yang memenuhi kriteria partisipan, dengan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Intervensi keperawatan yang dilakukan
kepada partisipan yang mengalami defisit perawatan diri adalah bantuan
perawatan diri dan ditunjang dengan tindakan mandiri keperawatan yaitu terapi
fisik (ROM).
Hasil yang didapatkan oleh penulis setelah melakukan bantuan perawatan
diri yang ditunjang dengan tindakan keperawatan mandiri terapi fisik (ROM)
adalah kekuatan otot ektremitas pasien meningkat pada hari ketiga, pasien mampu
dalam melakukan aktifitas fungsional seperti mandi, berpakaian, makan, dan
eliminasi meskipun hanya sebagian aktifitas yang tercapai. Terlepas dari hal
tersebut tindakan bantuan perawatan diri dan terapi fisik (ROM) terbukti dapat
meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional pasien dengan masalah defisit
perawatan diri.
Dari hasil tersebut, diharapkan tindakan terapi fisik (ROM) dapat
diterapkan sebagai intervensi keperawatan pada masalah defisit perawatan diri.
Tindakan terapi fisik (ROM) akan menunjukkan hasil lebih optimal ketika
dilakukan setiap hari selama 20-30 menit. Oleh karena itu, kepada peneliti lebih
lanjut diharapkan memperhatikan hal tersebut pada penelitian selanjutnya.