Show simple item record

dc.contributor.advisorPRATOKO, Dwi Koko
dc.contributor.advisorNUGRAHA, Ari Satia
dc.contributor.authorRAHMAWATI, Erika Dwi
dc.date.accessioned2018-11-15T06:16:34Z
dc.date.available2018-11-15T06:16:34Z
dc.date.issued2018-11-15
dc.identifier.nimNIM142210101017
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/88072
dc.description.abstractDengan perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern, paparan senyawa radikal bebas semakin sulit dihindari dalam aktivitas sehari-hari. Radikal bebas merupakan molekul atau atom yang memiliki elektron tidak berpasangan, dalam jumlah normal dapat berfungsi untuk membunuh virus dan bakteri. Radikal bebas dalam jumlah berlebih dan dengan energi yang sangat besar dapat merusak jaringan normal, mengganggu produksi DNA, serta merusak dinding sel. Mekanisme pertahanan tubuh dari radikal bebas antara lain dalam bentuk antioksidan di tingkat sel, membran, dan ekstra sel. Antioksidan terbagi menjadi antioksidan dari bahan alam dan antioksidan sintetik. Namun kini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena dapat meracuni dan bersifat karsinogenik, maka pemilihan bahan alam sebagai antioksidan lebih diminati sebab tingkat keamanannya lebih tinggi dan mengurangi resiko efek samping Indonesia terkenal sebagai negara megadiversitas dunia karena memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan, termasuk keberagaman spesies tumbuhan paku. Beberapa penelitian tentang potensi tumbuhan paku epifit telah banyak dilaporkan khususnya penggunaannya dalam terapi empiris. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun Belvisia mucronata, Davallia trichomanoides, Drynaria quercifolia, Microsorum punctatum, dan Pyrrosia piloselloides yang diambil di kawasan kampus Universitas Jember. Proses ekstraksi tumbuhan paku epifit ini dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96% dengan perbandingan serbuk dan pelarut adalah 1:10. Penetapan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan vitamin C sebagai kontrol positif. Dipilih metode DPPH ini karena telah umum digunakan, cepat, sederhana, akurat, relatif tidak mahal dan mampu mengukur segala komponen yang bertindak sebagai antioksidan. Selain itu metode ini juga tidak memerlukan banyak reagen seperti metode lain dalam pengukuran aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan dari vitamin C, ekstrak etanol Pyrrosia piloselloides, Belvisia mucronata, Drynaria quercifolia, Davallia trichomanoides, dan Microsorum punctatum yang ditunjukkan dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 3,263±0,032 ppm; 88,385±0,975 ppm; 92,531±0,715 ppm; 52,964±0,234 ppm; 29,091±0,141 ppm; dan 132,517±0,462 ppm. Ekstrak etanol Davallia trichomanoides memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi sedangkan ekstrak etanol Microsorum punctatum memiliki aktivitas antioksidan yang paling rendah dibandingkan ekstrak yang lain. Hasil pengujian kelompok sampel memiliki perbedaan yang bermakna untuk kelima sampel tersebut yang ditunjukkan dengan nilai p<0,01 pada uji one way ANOVA dan LSD.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries142210101017;
dc.subjectTumbuhan Paku Epifiten_US
dc.subjectMetode DPPHen_US
dc.titlePenetapan Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Paku Epifit di Kawasan Kampus Universitas Jember dengan Metode DPPHen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record