Penetapan Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Paku Epifit di Kawasan Kampus Universitas Jember dengan Metode DPPH
Abstract
Dengan perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern, paparan
senyawa radikal bebas semakin sulit dihindari dalam aktivitas sehari-hari. Radikal
bebas merupakan molekul atau atom yang memiliki elektron tidak berpasangan,
dalam jumlah normal dapat berfungsi untuk membunuh virus dan bakteri. Radikal
bebas dalam jumlah berlebih dan dengan energi yang sangat besar dapat merusak
jaringan normal, mengganggu produksi DNA, serta merusak dinding sel.
Mekanisme pertahanan tubuh dari radikal bebas antara lain dalam bentuk
antioksidan di tingkat sel, membran, dan ekstra sel. Antioksidan terbagi menjadi
antioksidan dari bahan alam dan antioksidan sintetik. Namun kini penggunaan
antioksidan sintetik mulai dibatasi karena dapat meracuni dan bersifat
karsinogenik, maka pemilihan bahan alam sebagai antioksidan lebih diminati
sebab tingkat keamanannya lebih tinggi dan mengurangi resiko efek samping
Indonesia terkenal sebagai negara megadiversitas dunia karena memiliki
keanekaragaman spesies tumbuhan, termasuk keberagaman spesies tumbuhan
paku. Beberapa penelitian tentang potensi tumbuhan paku epifit telah banyak
dilaporkan khususnya penggunaannya dalam terapi empiris. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun Belvisia mucronata,
Davallia trichomanoides, Drynaria quercifolia, Microsorum punctatum, dan
Pyrrosia piloselloides yang diambil di kawasan kampus Universitas Jember.
Proses ekstraksi tumbuhan paku epifit ini dilakukan dengan menggunakan pelarut
etanol 96% dengan perbandingan serbuk dan pelarut adalah 1:10. Penetapan
aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)
dengan vitamin C sebagai kontrol positif. Dipilih metode DPPH ini karena telah
umum digunakan, cepat, sederhana, akurat, relatif tidak mahal dan mampu mengukur segala komponen yang bertindak sebagai antioksidan. Selain itu
metode ini juga tidak memerlukan banyak reagen seperti metode lain dalam
pengukuran aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan dari vitamin C,
ekstrak etanol Pyrrosia piloselloides, Belvisia mucronata, Drynaria quercifolia,
Davallia trichomanoides, dan Microsorum punctatum yang ditunjukkan dengan
nilai IC50 berturut-turut sebesar 3,263±0,032 ppm; 88,385±0,975 ppm;
92,531±0,715 ppm; 52,964±0,234 ppm; 29,091±0,141 ppm; dan 132,517±0,462
ppm. Ekstrak etanol Davallia trichomanoides memiliki aktivitas antioksidan
paling tinggi sedangkan ekstrak etanol Microsorum punctatum memiliki aktivitas
antioksidan yang paling rendah dibandingkan ekstrak yang lain. Hasil pengujian
kelompok sampel memiliki perbedaan yang bermakna untuk kelima sampel
tersebut yang ditunjukkan dengan nilai p<0,01 pada uji one way ANOVA dan
LSD.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]