Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Akibat Perbedaan Dosis Pupuk Organik dan Waktu Tanam Jagung (Zea mays L.) pada Sistem Tumpangsari
Abstract
Sistem tumpangsari (intercropping) merupakan salah satu sistem tanam yang
dilakukan dengan cara menanam dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda secara
bersamaan dalam waktu yang relatif sama . Salah satu kombinasi dalam tumpangsari
adalah tanaman jagung dan cabai rawit dengan tanaman cabai rawit sebagai
tanaman utama dan tanaman jagung sebagai tanaman sela. Tanaman cabai rawit
merupakan salah satu tanaman yang tergolong tanaman C3 sehingga menghendaki
penyinaran yang rendah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
respon pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
akibat perbedaan dosis pupuk organik dan waktu tanam jagung (Zea mays L.)
pada sistem tumpangsari. Percobaan ini dilakukan di Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. Metode percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi
(split plot design) yang terdiri dari 2 faktor yaitu dosis pupuk organik sebanyak 4
perlakuan dan waktu tanam sebanyak 4 perlakuan dengan ulangan sebanyak tiga
kali. Perlakuan pertama adalah dosis pupuk organik yakni (D0) pupuk organik 0
ton/ha (0 kg/petak), (D1) pupuk organik 5 ton/ha (1,8 kg/petak), (D2) pupuk
organik 10 ton/ha (3,6 kg/petak), dan (D3) pupuk organik 15 ton/ha (5,4
kg/petak). Perlakuan kedua adalah waktu tanam yakni (W0) waktu tanam jagung
0 minggu setelah tanaman cabai, (W1) waktu tanam jagung 2 minggu setelah
tanaman cabai, (W2) waktu tanam jagung 4 minggu setelah tanaman cabai, dan
(W3) waktu tanam jagung 6 minggu setelah tanaman cabai. Data hasil dari
pengamatan yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan sidik ragam. Apabila
terdapat perlakuan yang berbeda nyata selanjutnya akan di uji jarak menggunakan
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]