Show simple item record

dc.contributor.advisorHARIYATI, Yuli
dc.contributor.authorAGUSTINA, Luthviana Evi
dc.date.accessioned2018-07-27T03:19:22Z
dc.date.available2018-07-27T03:19:22Z
dc.date.issued2018-07-27
dc.identifier.nimNIM141510601045
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86559
dc.description.abstractKakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari hutan hujan tropis di wilayah Amerika Tengah, tepatnya pada wilayah 18o LU sampai 15oLS. Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan unggulan di Indonesia. Kakao merupakan tanaman yang memerlukan adanya penaung dalam kegiatan budidayanya. Peran dari tanaman penaung dalam kegiatan budidaya tanaman kakao sangat besar, terutama sebagai pelindung tanaman kakao dari intensitas cahaya matahari berlebih yang mampu merusak tanaman kakao, sebagai pengatur kelembaban udara, suhu, lengas tanah, unsur hara serta bahan organik. Tanaman penaung dikombinasikan dengan tanaman kakao dengan penerapan pola tanam tumpang sari (intercroping). Tumpang sari dapat meningkatkan produktivitas di lahan kering serta dapat menjamin keberhasilan tanaman dalam menghadapi iklim, serangan hama dan penyakit serta terjadinya fluktuasi harga yang mungkin terjadi. Selain itu, dengan penerapan pola tanam tumpang sari penggunaan tenaga kerja terutama untuk daerah yang padat tenaga kerja dapat terdistribusi dengan baik untuk pengelolaan berbagai jenis tanaman. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) pola tanam dan alasan pemilihan pola tanam tumpang sari pada usahatani kakao di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, (2) pendapatan usahatani kakao dengan penerapan tumpang sari pada masing-masing pola tanam di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar dan perbedaan penerimaan kakao antar pola tanam, (3) efisiensi biaya dari masing-masing pola tanam tumpang sari yang dilaksanakan oleh petani kakao di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja atau purposive method, berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Udanawu merupakan salah satu Kecamatan sentra perkebunan kakao rakyat yang memiliki rata-rata pertumbuhan produksi kakao tertinggi di Kabupaten Blitar. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dan analitik. Sampel yang digunakan dipilih menggunakan metode simple random sampling. Sampel yang digunakan adalah petani kakao di Kecamatan Udanawu sebanyak 40 orang petani. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, serta data sekunder dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif, analisis pendapatan, uji beda one way anova dan analisis R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat empat pola tanam tumpang sari, yaitu pola tanam (I) tanaman kakao, pisang, dan rambutan, pola tanam (II) tanaman kakao, pisang, sengon, pola tanam (III) tanaman kakao, pisang, kenanga, pola tanam (IV) tanaman kakao, pisang, kelapa. Alasan pemilihan pola tanam tumpang sari oleh petani yaitu (a) sistem turun temurun, (b) keuntungan besar, (c) meminimalkan resiko, (d) kontinuitas pendapatan, (e) anjuran kelompok tani. (2) Pendapatan tanaman kakao pada masing-masing penerapan pola tanam tumpang sari pola satu (I) sebesar Rp. 6.783.234,51/Ha/Thn, pola dua (II) sebesar Rp.4.808.446,79/Ha/Thn, pola tiga (III) sebesar Rp. 24.696.947,08/Ha/Thn dan pola empat (IV) sebesar Rp. 1.731.452,02/Ha/Thn. Pendapatan pada masingmasing penerapan tumpang sari yaitu pola tumpang sari satu (I) sebesar Rp.63.450.461,63/Ha/Tahun, pola tumpang sari dua (II) sebesar Rp.8.728.813,93/Ha/Tahun, pola tumpang sari tiga (III) sebesar Rp.116.448.980,65/Ha/Tahun, dan pola tumpang sari empat (IV) sebesar Rp.27.468.772,24/Ha/Tahun. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pendapatan dari keempat pola tanam tumpang sari adalah menguntungkan. Rata-rata penerimaan tanaman kakao yang berbeda signifikan yaitu penggunaan pola tanam tumpang sari dua (II) dan pola tanam tumpang sari tiga (III). (3) efisiensi biaya pada keempat pola tanam tumpang sari yaitu pola (I) sebesar 5,24, pola (II) sebesar 1,78, pola tiga (III) sebesar 8,02, pola empat (IV) sebesar 3,79. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi dari keempat pola adalah efisienen_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries141510601045;
dc.subjectUsahatani Kakaoen_US
dc.subjectPenerapan Tumpang Sarien_US
dc.titleAnalisis Usahatani Kakao Dengan Penerapan Tumpang Sari Di Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitaren_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record