Perbedaan Tingkat Kematangan Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Shigella dysentriae serta Pemanfaatannya sebagai Buku Nonteks
Abstract
Bakteri Shigella dysentriae merupakan salah satu flora normal pada tubuh manusia yang apabila
jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan shigellosis atau diare disentri. Apabila tidak ditangani
maka akan menjadi semakin parah dan menyebabkan terjadinya kematian. Shigella dysenteriae ternyata
memiliki resistensi terhadap beberapa senyawa antibiotik sintetis. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mencari bahan alami untuk menghambat pertumbuhan Shigella dysentriae. Tumbuhan
pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tumbuhan yang seluruh bagiannya bersifat
antibakteri. Dari beberapa organ tumbuhan pepaya, organ yang jarang digunakan masyarakat adalah
bijinya. Ternyata biji pepaya mengandung senyawa alkaloid, fenol, tanin, flavonoid, dan enzim
papain. Seiring berkembangnya buah, kandungan kimia pada biji pepaya berubah sehingga pada biji
pepaya masak memiliki kandungan kimia lebih sedikit daripada biji pepaya muda. Dengan demikian akan
dilakukan penelitian mengenai perbedaan daya hambat antara keduanya. Hasil penelitian yang
diperoleh dapat disampaikan kepada masyarakat dengan disusunnya buku nonteks.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) biji
pepaya muda dan biji pepaya masak. Kemudian juga untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak biji
pepaya muda dan biji pepaya masak terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae. Penelitian ini
juga bertujuan untuk menganalisis perbedaan daya hambat antara biji pepaya muda dan masak terhadap
pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae serta mengembangkannya
dalam bentuk produk buku nonteks sehingga hasil penelitian ini dapat diketahui oleh masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi FKIP Universitas Jember. Penelitian mengenai konsentrasi hambat minimum (KHM) dan uji
perbedaan dilakukan dengan 5 kali pengulangan. Uji perbedaan menggunakan konsentrasi 5%, 10%, 15%,
20%, dan 25% dengan kontrol positif berupa kloramfenikol 0,1% dan kontrol negatif berupa aquadest.
Analisis data yang digunakan yaitu uji Anova yang dilanjutkan dengan uji LSD serta uji T
(Independent Sample T Test).
Analisis uji Anova pada biji pepaya muda dan masak menunjukkan hasil yang siginifikan dengan taraf
signifikasi 0,000 sehingga dapat diketahui bahwa setiap perlakuan pada penelitian ini berbeda. Uji
LSD pada data ekstrak biji pepaya muda dan masak menunjukkan hasil yang signifikan dengan
signifikasi sebesar 0,000 sehingga perbedaan pada perlakuan tersebut signifikan. Analisis
menggunakan Independent Sample T Test diperoleh hasil yang signifikan karena taraf signifikasinya
0,000 yang <0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa daya hambat ekstrak biji pepaya muda dan masak
terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae berbeda secara signifikan. Adapun KHM ekstrak biji
pepaya muda yaitu 1,6% dengan zona hambat sebesar 0,78 mm dan KHM ekstrak biji pepaya masak yaitu
3,4% dengan zona hambat sebesar 0,31mm.
Hasil validasi oleh 2 validator yaitu ahli materi dan ahli media diperoleh rata- rata skor sebesar
3,14 dan rata-rata persentase nilai validasi sebesar 78,52%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
diketahui bahwa buku berjudul “Biji Pepaya Racun bagi Shigella dysentriae” dinyatakan layak untuk
dijadikan sebagai bacaan oleh masyarakat umum.