Show simple item record

dc.contributor.advisorSUSANTO
dc.contributor.advisorKURNIATI, Dian
dc.contributor.authorARFIANSYAH, Digga
dc.date.accessioned2018-02-08T03:13:13Z
dc.date.available2018-02-08T03:13:13Z
dc.date.issued2018-02-08
dc.identifier.nimNIM120210101134
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/84181
dc.description.abstractDalam proses pembelajaran di kelas terjadi dua kegiatan inti yaitu belajar dan mengajar. Mengajar adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sedangkan murid sebagai obyek yang menerima perlakuan dari guru melakukan kegiatan belajar. Matematika merupakan ilmu pasti yang erat kaitannya dengan proses penalaran. Matematika sebagai suatu disiplin ilmu yang secara jelas mengandalkan proses berpikir dipandang sangat baik untuk diajarkan pada anak didik. Matematika juga merupakan pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai tinggi. Proses berpikir kritis siswa terbagi menjadi 4 tahapan, yaitu Tahap Klarifikasi, Tahap Asesmen, Tahap Inferensi, dan Tahap Strategi. Klarifikasi diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menyebutkan informasi yang diketahui dari soal dengan tepat dan jelas. Asesmen diartikan formula penggunaan informasi-informasi yang relevan dalam soal dan atau pengetahuan sebelumnya yang diperoleh untuk menyelesaikan soal. Inferensi diartikan sebagai penentuan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal. Strategi diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menemukan jabawan lain berdasarkan soal yang diberikan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan instrumen tugas proyek dan pedoman wawancara. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi proses berpikir kritis siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah berbasis tugas proyek pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel pada kelas VII A SMP Negeri 1 Glenmore. Data yang dianalisis adalah data hasil tugas proyek yang dikerjakan dan hasil wawancara terhadap jawaban siswa. Penentuan subjek penelitian diawali dengan pemilihan kelas VII dari subjek yang akan diteliti. Selanjutnya subjek penelitian ditetapkan tiga siswa masing masing siswa berkemampuan matematika tinggi (S1), siswa berkemampuan matematika sedang (S2), dan siswa berkemampuan matematika rendah (S3) dengan mempertimbangkan kemampuan komunikasi yang baik. Untuk pengklasifikasian subjek yang termasuk dalam kategori tinggi, sedang dan rendah dalam hal kemampuan matematika didasarkan pada skor rerata ̅ dan simpangan baku (SB). Dalam hal validitas konstruksi, soal dibuat terkait permasalahan sehari-hari dan disesuaikan dengan kategori proses berpikir kritis. Hasil uji validasi soal tugas proyek terhadap validator diperoleh nilai = 4,51 sehingga masuk dalam kategori valid dan bisa digunakan sebagai salah satu instrumen penelitian. Hasil uji validitas pedoman wawancara diperoleh nilai = 4,66 , sehingga masuk dalam kategori valid. Validator menyampaikan perlu adanya sedikit revisi pada pemilihan kata yang digunakan untuk menjadikan kalimat yang baku. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan, hubungan kemampuan matematika dengan proses berpikir kritis dari siswa dengan kemampuan matematia tinggi, sedang dan rendah diketahui bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi dapat melalui seluruh tahapan proses berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa S1 juga melewati seluruh tahapan proses berpikir kritis yang digunakan. Untuk siswa dengan kemampuan matematika sedang diketahui telah dapat melalui beberapa tahapan proses berpikir kritis yaitu tahap klarifikasi, asesmen dan inferensi. Hal ini selaras dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa S2 hanya mampu melewati tahapan klarifikasi, asesmen dan inferensi. Sedangkan untuk siswa berkemampuan matematika rendah, diketahui bahwa siswa tidak dapat melalui tahapan inferensi dan strategi. Dalam penelitian ini, S3 yang merupakan siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat melalui seluruh tahapan proses berpikir kritis termasuk tahapan strategi untuk soal nomor 1. Sedangkan untuk soal nomor 2, S3 tidak dapat melalui tahapan strategi. Hal ini menunjukkan bahwa S3 lebih baik daripada S2 dalam melewati proses berpikir kritis yang tidak mampu melewati tahap strategi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries120210101134;
dc.subjectBERPIKIR KRITISen_US
dc.subjectTUGAS PROYEKen_US
dc.subjectSUB POKOK BAHASAN PERSAMAANen_US
dc.subjectLINIER SATU VARIABELen_US
dc.subjectKELAS VII A SMPN 1 GLENMOREen_US
dc.titleIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA BERBASIS TUGAS PROYEK PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL KELAS VII A SMPN 1 GLENMOREen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record