IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA BERBASIS TUGAS PROYEK PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL KELAS VII A SMPN 1 GLENMORE
Abstract
Dalam proses pembelajaran di kelas terjadi dua kegiatan inti yaitu belajar dan mengajar. Mengajar
adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sedangkan murid sebagai obyek yang menerima perlakuan
dari guru melakukan kegiatan belajar. Matematika merupakan ilmu pasti yang erat kaitannya dengan
proses penalaran. Matematika sebagai suatu disiplin ilmu yang secara jelas mengandalkan proses
berpikir dipandang sangat baik untuk diajarkan pada anak didik. Matematika juga merupakan pelajaran
yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai tinggi.
Proses berpikir kritis siswa terbagi menjadi 4 tahapan, yaitu Tahap Klarifikasi, Tahap Asesmen,
Tahap Inferensi, dan Tahap Strategi. Klarifikasi diartikan sebagai kemampuan siswa dalam
menyebutkan informasi yang diketahui dari soal dengan tepat dan jelas. Asesmen diartikan formula
penggunaan informasi-informasi yang relevan dalam soal dan atau pengetahuan sebelumnya yang
diperoleh untuk menyelesaikan soal. Inferensi diartikan sebagai penentuan langkah-langkah untuk
menyelesaikan soal. Strategi diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menemukan jabawan lain
berdasarkan soal yang diberikan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
menggunakan instrumen tugas proyek dan pedoman wawancara. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
proses berpikir kritis siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah berbasis tugas
proyek pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel pada kelas VII A SMP Negeri 1 Glenmore.
Data yang dianalisis adalah data hasil tugas proyek yang dikerjakan dan hasil wawancara terhadap
jawaban siswa.
Penentuan subjek penelitian diawali dengan pemilihan kelas VII dari subjek yang akan diteliti.
Selanjutnya subjek penelitian ditetapkan tiga siswa masing masing siswa berkemampuan matematika
tinggi (S1), siswa berkemampuan matematika sedang (S2), dan siswa berkemampuan matematika rendah
(S3) dengan mempertimbangkan kemampuan komunikasi yang baik. Untuk pengklasifikasian subjek yang
termasuk dalam kategori tinggi, sedang dan rendah dalam hal kemampuan
matematika didasarkan pada skor rerata ̅ dan simpangan baku (SB).
Dalam hal validitas konstruksi, soal dibuat terkait permasalahan sehari-hari dan
disesuaikan dengan kategori proses berpikir kritis. Hasil uji validasi soal tugas proyek
terhadap validator diperoleh nilai = 4,51 sehingga masuk dalam kategori valid dan
bisa digunakan sebagai salah satu instrumen penelitian. Hasil uji validitas pedoman
wawancara diperoleh nilai = 4,66 , sehingga masuk dalam kategori valid. Validator
menyampaikan perlu adanya sedikit revisi pada pemilihan kata yang digunakan untuk
menjadikan kalimat yang baku.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan, hubungan kemampuan matematika dengan proses berpikir
kritis dari siswa dengan kemampuan matematia tinggi, sedang dan rendah diketahui bahwa siswa dengan
kemampuan matematika tinggi dapat melalui seluruh tahapan proses berpikir kritis. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa S1 juga melewati seluruh tahapan proses berpikir
kritis yang digunakan. Untuk siswa dengan kemampuan matematika sedang diketahui telah dapat melalui
beberapa tahapan proses berpikir kritis yaitu tahap klarifikasi, asesmen dan inferensi. Hal ini
selaras dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa S2 hanya mampu melewati tahapan
klarifikasi, asesmen dan inferensi. Sedangkan untuk siswa berkemampuan matematika rendah, diketahui
bahwa siswa tidak dapat melalui tahapan inferensi dan strategi. Dalam penelitian ini, S3 yang
merupakan siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat melalui seluruh tahapan proses berpikir
kritis termasuk tahapan strategi untuk soal nomor 1. Sedangkan untuk soal nomor 2, S3 tidak dapat
melalui tahapan strategi. Hal ini menunjukkan bahwa S3 lebih baik daripada S2 dalam melewati proses
berpikir kritis yang tidak mampu melewati tahap strategi.