SIMULASI MODEL PERPINDAHAN PANAS PADA PROSES PENETASAN TELUR MENGGUNAKAN SYARAT BATAS INTERFACE
Abstract
Proses penetasan telur ayam, itik, burung atau telur unggas lainnya dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu alami dan buatan. Cara penetasan alami
tergolong sebagai cara yang aman namun hasilnya sangat terbatas, sedangkan
penetasan buatan dapat menetaskan telur sebanyak yang kita inginkan dengan
menggunakan mesin penetas buatan, tetapi cara ini beresiko tinggi jika temperatur
dan kelembabannya tidak dikontrol secara ketat dan akurasi yang tinggi. Pada
penelitian ini dikaji bagaimana profil perpindahan panas pada proses penetasan
telur jika parameter yang mempengaruhi perpindahan panas divariasikan. Tujuan
dari penelitian ini yaitu mengetahui profil perpindahan panas pada proses
penetasan telur, sehingga dari profil tersebut dapat dimanfaatkan sebagai acuan
dalam pembuatan mesin penetas telur dan juga dapat menambah pengetahuan
tentang proses penetasan telur.
Penelitian tentang perpindahan panas pada proses penetasan telur ini
dibagi menjadi empat tahap yaitu identifikasi parameter, pembuatan program,
simulasi, validasi, dan analisis hasil. Penentuan nilai parameter diambil dari data
yang telah diperoleh dan sebagian diambil dari beberapa literatur yang berkaitan
dengan proses penetasan telur. Setelah menentukan parameter, dilanjutkan dengan
pembuatan program dengan bantuan software Matlab 7.8, dimana dalam langkah
ini diberikan GUI dari simulasi perpindahan panas pada proses penetasan telur.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan simulasi dengan cara menginput parameterparameter
yang telah ditentukan sebelumnya, dimana sebagian dari nilai
parameter tersebut divariasiakan. Kemudian tahap terakhir yaitu menganalisis
output dari simulasi tersebut
viii
Dari simulasi yang telah dilakukan, dihasilkan profil dari masing-masing
ketiga jenis telur tersebut, secara umum telur ayam memiliki perpindahan panas
yang paling cepat, sedangkan telur bebek memiliki perpindahan panas yang paling
lambat. Dilihat dari segi temperatur lingkungan (T
), telur puyuh memiliki
perpindahan panas yang cepat apabila dipanaskan pada temperatur 37
ambient
C, telur
ayam memiliki perpindahan panas yang cepat apabila dipanaskan pada temperatur
38
0
C atau 39
0
C, dan telur bebek memiliki perpindahan panas yang cepat apabila
dipanaskan pada temperatur 37
0
C atau 39
0
C. Dilihat dari segi panjang sumbu
telur, telur puyuh, ayam, dan bebek memiliki perpindahan panas yang cepat
apabila panjang sumbu telur dibawah rata-rata.
Pada simulasi perpindahan panas pada proses penetasan telur, nilai
parameter konduktivitas thermal, panas spesifik, kepadatan massa, dan panjang
sumbu mayor telur mempengaruhi profil dari perpindahan panas pada proses
penetasan telur. Apabila semakin rendah nilai konduktivitas thermal dan
kepadatan massa suatu materi, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk
memanaskan materi tersebut. Sedangkan bila diberikan panas spesifik yang
semakin tinggi maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk memanaskan
materi tersebut. Secara umum telur yang mempunyai karakteristik nilai
konduktivitas termal yang semakin tinggi, panas spesifik yang semakin rendah,
dan kepadatan massa yang semakin tinggi memiliki kemampuan perpindahan
panas yang cepat. Selain itu jika panjang sumbu telur dibawah rata-rata juga
semakin cepat dalam kecepatan waktu penstabilan temperatur telur.