Respon Kacang Komak (Lablab Purpureus (L.) Sweet) Dan Kacang Koro (Fabaceae Sp.) Yang Terpapar Cekaman Garam Tinggi Pada Fase-Fase Pertumbuhan Kritis
Abstract
Berkurangnya lahan pertanian subur akibat perluasan area pemukiman dan
industri memaksa pihak yang bergerak dibidang pertanian untuk beralih ke lahan
dengan kesuburan rendah atau lahan marginal. Lahan salin merupakan salah satu
lahan yang berpotensi untuk dijadikan lahan budida ya yang produktif. Tanaman
kacang komak dan koro merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang cukup
berpotensi untuk di tanam di lahan marginal seperti lahan salin. Tanaman kacang
komak mampu beradaptasi dengan baik lahan kering. Kacang komak (Lablab
purpureus, L sweet) juga berpotensi untuk dijadikan pangan alternatif subtitusi
kedelai dengan kandungan gizi tidak jauh berbeda. Penanaman kacang komak di
lahan marginal memerlukan penyesuaian pola penanaman untuk menghindari
cekaman garam tinggi pada fase kritis tanaman. Penelitian dilakukan mulai bulan
Februari sampai Agustus 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fase
pertumbuhan kritis tanaman kacang komak yang terpapar cekaman garam tinggi
sebagai gambaran kondisi di lahan marginal. Penelitian ini dilaksanakan di
Greenhouse Agrokusuma, Fakultas Pertanian, Universitas Jember, sejak Maret
sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini melalui lima tahapan yaitu:
melakukan persiapan media tanam, melakukan penanaman benih dipolybag,
pemberian dosis garam tinggi sesuai waktu aplikasi (fase kritis), pengamatan dan
pemanenan. Bahan tanam yang digunakan adalah dua aksesi komak DL46 dan
DL48 serta koro pedang dan koro benguk. Pemberian garam tinggi (4 mol)
diberikan pada fase pertumbuhan tanaman yang berbeda (kontrol, vegetatif,
pembungaan, bentuk polong dan pengisian polong). Rancangan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan masingmasing
kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah fase
pertumbuhan tanaman dengan 5 taraf yaitu, W0: Kontrol, W1: Fase vegetatif, W2: Fase pembungaan, W3: Fase pembentukan polong, dan W4: Fase pengisian
polong. Faktor kedua adalah aksesi komak dan varietas koro sebanyak 4 taraf,
yaitu K1: Komak DL-48, K2: Komak DL-46, K3: Koro Pedang, dan K4: Koro
Benguk. Interaksi antara fase pertumbuhan tanaman dengan aksesi komak dan
varietas koro memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada berat polong (gr),
umur berbunga (HST) dan panen (HST), memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap jumlah cabang primer (buah), jumlah daun keseluruhan (buah), daun
rontok(buah), polong rontok (buah) dan berat kering (gr). Hasil yang diperoleh
menunjukkan fase pertumbuhan vegetatif komak dan koro tidak tahan terhadap
cekaman garam tinggi. Fase pertumbuhan yang tahan terhadap cekaman garam
tinggi dan masih mampu berproduksi dengan cukup baik adalah saat fase
pembentukan polong terutama pada koro benguk dan fase pembungaan pada
komak DL-46 dan DL-48.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]