PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENYELESAIAN MASALAH ARGUMENTATIF (PMA) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMK DI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika di SMKN 2
Jember dan SMKN 5 Jember didapatkan bahwa pencapaian kompetensi siswa
belum sesuai dengan yang diharapkan pada kurikulum 2013. Pencapaian
kemampuan kognitif hanya sebatas pada level mengingat (C1), memahami (C2)
dan menerapkan (C3) meskipun demikian beberapa siswa juga masih kesulitan
untuk mencapai level tersebut. Sedangkan untuk level menganalisis (C4), sintesis
(C5) dan evaluasi (C6) pencapaian siswa masih tergolong rendah. Proses
pembelajaran fisika belum menginterpretasikan soal dalam bentuk argumentasi.
Proses pembelajaran didominasi pada kegiatan transfer pengetahuan dengan
metode ceramah di dalam kelas dan latihan soal-soal sebagai penguat konsep.
Soal-soal dalam bentuk permasalahan dari dunia nyata jarang diberikan.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan bernalar siswa khususnya pada kemampuan berargumentasi siswa
adalah dengan menggunakan model pembelajaran Penyelesaian Masalah
Argumentatif (PMA). Model pembelajaran Penyelesaian Masalah Argumentatif
(PMA) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mampu melatih keterampilan
siswa dalam memperoleh, menganalisis, serta mengevaluasi data untuk
menjelaskan fenomena kejadian alam secara ilmiah; membantu siswa dalam
mengembangkan dan menggunakan kebiasaan berpikir secara ilmiah; memahami
konten sains; mengembangkan keterampilan berargumentasi ilmiah; serta
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan dalam proses sains. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran Penyelesain
Masalah Argumentatif (PMA) terhadap hasil belajar fisika dan kemampuan
berargumentasi siswa di SMK. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan tempat penelitian
ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling area. Penelitian ini
dilaksanakan di SMKN 2 Jember. Sampel penelitian ditentukan dengan uji
homogenitas terhadap populasi. Penentuan sampel penelitian dengan
menggunakan metode cluster random sampling dengan teknik undian. Desain
penelitian yang digunakan adalah post-test only control group design. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, dokumentasi dan wawancara.
Metode analisis data yang digunakan dengan menggunakan hipotesis penelitian 1
dan hipotesis penelitian 2 dengan menggunakan SPSS versi 23 uji independent
sample t-test apabila data berdistribusi normal dan uji 2 samples independent test
apabila data tidak berdistribusi normal.
Hasil belajar siswa berdistribusi normal sehingga dilakukan uji independent
sample t-test. Hasil analisis independent sample t-test untuk menguji hipotesis
penelitian 1 diperoleh nilai sig.(1-tailed) 0.000 < 0.05 sehingga model
pembelajaran Penyelesaian Masalah Argumentatif (PMA) berpengaruh terhadap
hasil belajar fisika siswa. Nilai kemampuan berargumentasi siswa berdistribusi
tidak normal sehingga dilakukan uji 2 samples independent test. Hasil analisis 2
samples independent test untuk menguji hipotesis penelitian 2 diperoleh nilai sig.
(1-tailed) 0.000 < 0.05 sehingga model pembelajaran Penyelesaian Masalah
Argumentatif (PMA) berpengaruh terhadap kemampuan berargumentasi siswa.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan dari penelitian
ini adalah: (1) Model pembelajaran Penyelesaian Masalah Argumentatif (PMA)
berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa di SMK, dan (2) Model
pembelajaran Penyelesaian Masalah Argumentatif (PMA) berpengaruh terhadap
kemampuan berargumentasi siswa di SMK.