Daya Antibakteri Tanaman Rempah dan Obat terhadap Isolat Ralstonia Solanaccarum Penyebab Penyakit Layu Bakteri pada Pisang (Musa Paradisiaca) secara in Vitro
Abstract
Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan salah salu penyakit yang penting pada pisang. Penyakit tersebut dilaporkan mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 27 sampan 36% sehingga perlu upaya pengendalian yang efektif.
Pengendalian yang dilakukan pada umumnya dengan menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia dengan tidak bijaksana berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan bakteri sangat tidak berhasil dibanding pengendalian dengan bahan kimia terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur. Sehingga perlu dicari alternatif pengendalian yang lain, misalnya pengendalian dengan menggunakan ekstrak tanaman rempah dan Oat sebagai pestisida nabati untuk mengandalikan R.solanacearum .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri beberapa ekstrak tanaman rempah dan obat terhadap Isolat R. solanacearum penyebab penyakii layu bakteri pada pisang. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari faktor tanaman Rempah dan Obat (IRO) (A) dan faktor konsentrasi (B). Faktor TRO antara lain Kunci (Kaempfersa pandurata Roxb.) (Al). Kunyit (Curcuma domestica Val.) (A2), Temulawak (Curcuma xantborrhiza Roxb.) (A3), mengkudu (Mirnda citrifolia L.) (A4) dan sirih (Piper berle L.) (A5). Faktor konsentrasi antara lain konsentrasi 100% (B1), 75% (B2) dan 50% (B3). Sedangkan untuk pembanding adalah kontrol (konsentrasi 0%). Pembuatan ekstrak tanaman rempah dan obat dengan cara menggerus bahan tersebut dengan menggunakan mortar hingga didapatkan larutan induk. Larutan tersebut kemudian diencerkan dengan aquades steril sesuai dengan perlakuan factor
konsentrasi dan diotoklar Ekstrak sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam medium CPG cair dan didiamkan sampai memadat. Keras filter dengan diameter yang mengandung suspensi bakteri diletakkan dibagian tengah medium CPG. Kemudian inkubasi dan pengamatan dilakukan mulai 1-7 Hari Setelah Inokulasi (11S1). solanacearum semakin meningkat dan diameter kolomnya semakin menurun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak TRO konsentrasi 100%, 75% dan 50%, ekstrak sirih mempunyai kemampuan tertinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri .R. solanacearum. Sedangkan ekstrak temulawak memiliki kemampuan terendah dalam menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Pada semua perlakuan konsentrasi. ekstrak sirih prosentase penghambatannya mencapai 100% dengan kolom bakteri sama sekali tidak tumbuh pada media. Ekstrak temulawak 100% prosentase penghambatannya 12,20% dengan diameter koloni 7.90%. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan 50%, ekstrak temulawak tidak dapat menghambat pertumbuhan R. solunacearum. Diameter koloni pada perlakuan tersebut mencapai 9 cm dengan prosentase penghambatan mencapai 0%. Konsentrasi ekstrak TRO berpengaruh terhadap pertumbuhan R. solonacearum. Semakin meningkat konsentrasi ekstrak TRO maka prosentase penghambatan terhadap pertumbuhan R. solonacearum semakin meningkat dan diameter kolomnya semakin menurun.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa Ekstrak TRO berpotensi sebagai altematif pengendalian layu bakteri yang diselaibkan R.solonacearum pada pisang. Estrak sirih memiliki kemampuan tertinggi dalam menghambat pertumbuhan R. solonacearum dibandingkan ekstrak TRO lainnya. Pada konsentrasi 50% dapat menghambat diameter koloni bakteri tersebut. Ekstrak temulawak memiliki kemampuan terendah dalam menghambat pertumbuhan R. solonacearum, dibandingkan dengan ekstrak TRO Iainnya. Pada konsentrasi 75% dan konsentrasi 50% sama sekali tidak menghambat diameter koloni.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]