dc.description.abstract | Penelitian ini mengkaji hubungan antara blilingualisme siswa (khususnya siswa
pembelajar bahasa kedua) yang diperoleh di sekolah dengan kemampuan
berkomunikasi secara lintas budaya atau kemampuan menjalin interaksi sosial
antaretnik. Diasumsikan bahwa pengajaran bahasa daerah di sekolah memberikan
kemampuan bilingualisme dalam diri siswa. Kebilingualan seorang siswa
berpengaruh kuat terhadap sikap multikulturalisme atau munculnya perasaan
tenggang rasa, solidaritas dan integritas yang menjadi faktor terbentuknya tatanan
kehidupan yang harmonis dalam masyarakat plural. Subjek yang diteliti adalah
para siswa SMP yang berlatarbelakang masyarakat plural di Kabupaten Jember,
Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Banyuwangi. Fakta menunjukkan bahwa
masyarakat di tiga kabupaten tersebut berlatarbelakang masyarakat plural, namun
kebijakan pengajaran bahasa daerah yang ditetapkan berbeda. Penelitian ini
dilakukan dengan paradigma analitik-kuantitatif. Metode analisis data atau
pemahaman data dilakukan melalui dua cara, yaitu (a) mengkuantifikasi data dan
menggeneralisasi, dan (b) mengkualifikasi data dan menghubungkan data tersebut
dengan konteks sosialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran
bahasa daerah di 6 SMP negeri dari 3 kabupaten tersebut menghasilkan capaian
pembelajaran yang berbeda pada kemampuan bilingualisme siswa; (2) ada
hubungan antara bilingualisme dengan kemampuan/kesanggupan siswa
berinteraksi dengan etnik lain; (3) ada hubungan antara perilaku berbahasa siswa
dengan sikap toleransi, solidaritas, dan integritas dengan lain etnik; (4) penetapan
pada salah satu bahasa daerah etnik mayoritas sebagai mata pelajaran di sekolah
berkonsekuensi pada siswa yang termasuk dalam etnik mayoritas hanya
memperoleh kompetensi di dalam bahasanya sendiri, dan kurang memiliki
kemampuan bilingualisme bahasa daerah etnik lain. Siswa dari etnik minoritas
tidak memperoleh kompetensi bahasanya tetapi memperoleh kompetensi bahasa
etnik mayoritas. Siswa etnik minoritas diuntungkan karena dengan kompetensi
yang diperolehnya memiliki kemampuan berinteraksi dalam pergaulan masyarakat
etnik mayoritas. Efek negatifnya, karakter, kepribadian keetnikan siswa tidak
terbentuk dalam dirinya, lambat laun identitas keetnikannya terkikis oleh
dominasi etnik mayoritas. | en_US |