dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis
mengenai proses konstruksi sosial gaya kepemimpinan Sekolah
Menengah di Kabupaten Jember dengan mengkombinasikan bentuk
kearifan lokal Ajaran kepemimpinan Jawa Pancadharma yaitu lima
kewajiban yang harus diajarkan kepada siswa antara lain: 1. Guna,
siswa harus mempunyai ilmu yang tangguh, 2. Sudira, siswa harus
mempunyai tanggung jawab, 3. Susila, siswa harus mempunyai tata
krama/ santun, 4. Anuraga, siswa harus tahu kebenaran, 5.
Sambegana, siswa harus mempunyai strategi dan waspada.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan kasus. Subyek penelitian ditentukan berdasarkan
purposive sampling. Penelitian menetapkan sumber informasi kunci
(Key Informan) yaitu kepala sekolah serta sumber informasi,
penunjang yang terdiri dari guru, karyawan, wali murid.
Pada realitanya banyak sekolah menengah di Kabupaten
Jember dalam melaksanakan Permendiknas No 28 Tahun 2010 tanpa
memberikan bentuk-bentuk budaya setempat namun hanya sekedar
memberikan ilmu tanpa melandasinya dengan kearifan lokal dan
realitanya hanya menerapkan aturan legal formal, yakni menerapkan
kepemimpinan barat sehingga tujuan sekolah tersebut tidak tercapai
secara optimal. Selanjutnya Kepala sekolah berusaha dengan
menggabungkan antara gaya legal formal dan mengkombinaskan dengan kearifan lokal Jawa yakni ajaran Pancadharma. Ternyata
penggabungan tersebut menghasilkan kinerja yang optimal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa gaya
kepemimpinan kepala sekolah sangat khas yakni bentuk-bentuk
refleksi ajaran Pancadharma yang berisi konsep-konsep yang
menjunjung nilai-nilai filosofi pendidikan berupa ungkapanungkapan
tradisional, seperti bentuk Tuturan, Wejangan, Paribasan,
Tembang telah berhasil ditransformasikan ke dalam gaya
kepemimpinan pendidikan legal formal. Konsep tersebut berhasil
dikonstruksi melalui tiga tahapan yakni internalisasi, obyektifitas,
dan eksternalisasi akhirnya tercapai dengan optimal. | en_US |