Analisis Pertumbuhan dan Aktivitas Enzim Penghidrolisis Sukrosa pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Mutan Varietas Bululawang
Abstract
Tebu (Saccharum officinarum L. ) merupakan tanaman yang berperan sebagai sumber utama penghasil gula dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan juga sebagai bahan baku industri baik makanan maupun minuman. Organ tanaman yang sangat berperan penting dalam sintesis atau pembentukan sukrosa adalah daun, dimana daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis dan tempat mensintesis sukrosa. Permasalahan penurunan rendemen tebu disebabkan karena terjadinya degradasi sukrosa menjadi gula-gula sederhana (invert), seperti glukosa dan fruktosa atau senyawa turunan lainnya. Gula-gula sederhana tersebut tidak dapat dikristalisasi sehingga menyebabkan penurunan rendemen. Enzim yang berperan dalam hidrolisis sukrosa adalah Invertase, dimana invertase menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Invertase dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan perbedaan pH optimum yaitu acid invertase (AI), neutral invertase (NI) dan alkaline invertase. Salah satu usaha peningkatan rendemen tebu yaitu dengan menanam tebu mutan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan, kandungan sukrosa dan aktivitas enzim penghidrolisis sukrosa pada tanaman tebu mutan varietas bululawang. Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2015 – Juni 2016 dengan penanaman tebu di lapang. Analisis kandungan sukrosa, gula reduksi dan aktivitas enzim invertase daun tebu dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jember. Penelitian ini menggunakan bahan tanam tebu mutan varietas bululawang hasil mutasi dengan mutagen kimia ethyle methane sulphonate (EMS). Percobaan dilakukan dengan menggunakan 5 genotipe tebu dimana 4 genotipe tebu mutan dan 1 genotipe tebu non mutan (kontrol) varietas Bululawang. Tiap genotipe
ix
diambil 5 ruas dan dijadikan sebagai ulangan. Pemilihan genotipe batang tebu yang akan dijadikan sebagai bahan tanam yang terdiri dari genotipe tebu dengan kandungan sukrosa G1 (15,24%), G2 (15,57%), G3 (16,83%), G4 (18,56%) dan 1 genotipe tebu non mutan (kontrol) G0 (10,81%) (G0).
Berdasarkan hasil penelitian, penanaman tebu mutan hasil mutasi dengan ethyle methane sulphonate (EMS) menunjukkan bahwa bahan tanam baik tebu mutan maupun non mutan memiliki genotipe yang berbeda sehingga kemampuan tanaman dalam pertumbuhan, kandungan sukrosa, gula reduksi dan aktivitas enzim invertase juga berbeda. Parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada perbedaan antara tebu mutan dan tebu non mutan. Setiap genotipe memiliki tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas dan jumlah anakan cenderung hampir sama. Pengukuran kandungan sukrosa daun tebu menunjukkan bahwa kandungan sukrosa daun tebu mutan cenderung lebih tinggi dibandingkan tebu non mutan, rata-rata kandungan sukrosa paling tinggi pada G4 (3,20 mg/g) dan kandungan sukrosa daun genotipe non mutan G0 (2,17 mg/g). Pengukuran kandungan gula reduksi daun menunjukkan bahwa tebu mutan cenderung memiliki kandungan gula reduksi lebih tinggi dibandingkan non mutan, rata-rata kandungan gula reduksi daun cenderung paling tinggi pada G3 (16,44 mg/g) dan genotipe non mutan G0 (12,22 mg/g). Aktivitas enzim acid invertase, neutral invertase dan alkaline invertase menunjukkan bahwa genotipe tebu mutan cenderung memiliki aktivitas enzim invertase (acid, neutral dan alkaline) lebih tinggi dibandingkan genotipe tebu non mutan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]