Efektivitas Cendawan Entomopatogen Paecilomyces fumosoroseus untuk Mengendalikan Kutu Kebul (Bemicia tabaci) dengan Menggunakan Formulasi ULV
Abstract
Kutu kebul (Bemisia tabaci) merupakan hama sangat polifag yang
menyerang berbagai tanaman, berkembang baik pada cuaca panas, karena itu
sering dilaporkan menimbulkan serangan luas pada musim kemarau sehingga
menyebabkan kerugian besar bagi para petani.
Penggunaan agen hayati cendawan entomopatogen untuk mengendalikan
hama yang akhir-akhir ini banyak dikembangkan merupakan suatu upaya untuk
mengurangi penggunaan pestisida yang selama ini banyak menimbulkan masalah
lingkungan. Paecilomyces fumosoroseus merupakan salah satu jenis cendawan
entomopatogen yang efektif untuk mengendalikan hama kutu kebul Bemisia
tabaci pada tanaman kedelai. Di Indonesia penggunaannya masih sangat jarang,
terkendala masalah efektivitas akibat adanya pengaruh dari lingkungan dan
metode aplikasi yang tidak sesuai.
Formulasi ULV adalah formulasi konidia cendawan yang dilarutkan dalam
minyak dan disemprotkan menggunakan alat semprot khusus yaitu Ultra Low
Volume, dimana penyemprotan dalam volume rendah tapi konsentrasi konidia
yang tinggi sehingga kemampuan membunuh pada hama cukup tinggi.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hayati Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada bulan
Desember 2010 sampai Juni 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
patogenesitas P. fumosoroseus hasil perbanyakan dengan penambahan minyak
nabati terhadap hama kutu kebul. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap
meliputi (1) persiapan suspensi P. fumosoroseus pada beberapa macam minyak
nabati dan konsentrasi. (2) persiapan serangga uji nimfa B. tabaci yang diperoleh
dari lapang. (3) Nimfa B. tabaci diperlakukan dengan metode celup, serangga uji
dicelupkan kedalam suspensi P. fumosoroseus selama ± 30 detik, dikeringkan
pada suhu kamar selama ± 30 detik, kemudian dimasukkan kedalam kotak mika
yang sudah diberi kertas saring yang basah (4) Parameter pengamatan adalah
mikositas yang terjadi setelah perlakuan. (5) Data yang diperoleh dianalisis
dengan anova dan uji perbandingan menggunakan Uji Tukey taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penambahan minyak nabati,
minyak jagung merupakan jenis minyak yang paling efektif dalam uji mukositas.
Hasil uji efektivitas berdasarkan tingkat konsentrasi dan penambahan minyak
nabati menunjukkan bahwa dari tiga konsentrasi tersebut pada konsentrasi 15%
paling efektif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasinya
maka semakin tinggi jumlah kematian dari nimfa B. tabaci dan penambahan minyak nabati yang paling baik adalah penambahan minyak jagung.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]