dc.description.abstract | Penelitian ini mengkaji: (1) wacana identitas nasional dalam novel Indonesia modern, pada
keberpihakannya terhadap suara sub-altern; dan (2) bias serta dilema “esensialisme strategis”
posisi sub-altern dalam narasi yang coba disuarakan. Teori penunjang adalah teori poskolonial,
strategi pembacaan kritis terhadap dampak kolonial. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
yaitu: suara sub-altern sebagai sub-ordinat, intens secara kritis “menyuarakan” komitmen
identitas nasional. Hanya saja, akibat efek kolonialisme yang masih hegemonik (keinginan
menjadi ‘pusat’), ‘suara’ kritis itu justru merepresentasi wacana identitas nasional dalam
kodifikasi suara “pusat”, suatu tanda bagi langgengnya hegemoni kolonial. Hal itu dibuktikan
dalam novel Burung-Burung Manyar karya YB. Mangunwijaya, dalam kaitan pencapaian
“Esensialisme Strategis” wacana identitas nasional, masih menghadirkan dikotomi pusat dan
pinggiran yang timpang. Akibatknya, secara horisontal identitas nasionalisme yang dibangun
suara sub-altern (pedalaman) kian menempatkannya pada posisi marginal dan yang secara
vertikal berada di bawah otoritas suara pusat. Hal tersebut mengimplikasikan pula ciri statis
sistem kolonial yang hegemoni dalam novel Indonesia modern, di mana “pusat” hadir superior
terhadap “pedalaman” yang inferior. | en_US |