dc.description.abstract | Era globalisasi yang terbuka dewasa ini, mendorong terpaan informasi sangat memungkinkan seseorang
mengadopsi nilai-nilai, pengetahuan, dan kebiasaan luar lingkungan sosialnya dan jauh dari jangkauannya secara
fisik. Pertukaran informasi termasuk nilai antarbangsa berlangsung secara cepat dan penuh dinamika, sehingga
mendorong terjadinya proses perpaduan nilai, kekaburan nilai, bahkan terkikisnya nilai-nilai asli yang sebelumnya
menjadi identitas suatu bangsa. Generasi Z yang lahir pada antara tahun 1998 – 2009 terlahir ditengah tingginya
perkembangan ICT. Kondisi tersebut menjadikan generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan
generasi sebelumnya. Kehidupan generasi Z lebih akrab dengan teknologi informasi, sehingga memiliki
kecenderungan pola perilaku yang berbeda pula. Akrabnya generasi ini dengan teknologi informasi menjadikan
pengalaman interaksi sosial secara langsung sangat rendah. Rendahnya pengalaman interaksi sosial dalam
pengalaman perkembangan hidup individu, dapat memberikan kecenderungan individu tersebut kurang peka
terhadap kehidupan dilingkungan terdekatnya. Bahkan kemungkinan terburuknya adalah munculnya krisis etika.
Oleh karena itu, hal ini harus diantisipasi sejak dini. Dalam kondisi ini konsep desain pengembangan dengan
keterpaduan tiga pilar pendidikan yang tidak dapat dipisahkan yakni satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat
dapat memberikan fungsi. Pemantapan etika bagi generasi muda dapat memberikan dampak positif terhadap
mantapnya karakter bangsa, oleh karena itu pendidikan etika harus dimulai sejak dini, terintergrasi dan
berkesinambungan. Penanaman nilai di dalam keluarga, di sekolah, dan dilingkungan sosial untuk memahami
dalam membangun moral reasoning dan mengembangkan kemampuan dan menumbuhkan nilai serta sikap yang
serasi dengan tuntutan pembangunan dan kehidupan Bangsa lndonesia yang modern. | en_US |