Pengaruh Limbah Tembakau terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Abstract
Spodoptera litura F. biasa dikenal dengan nama ulat grayak merupakan
salah satu hama terpenting pada tanaman palawija. Kehilangan hasil akibat
serangan hama ini dapat mencapai 85%, bahkan dapat menyebabkan kegagalan
panen (Puso). Sampai saat ini pengendalian ulat grayak masih mengandalkan
insektisida kimia, namun cara ini memberikan dampak yang negatif terhadap
kelangsungan hidup musuh alami seperti predator dan parasitoid. Selain itu
penggunaan insektisida dapat menimbulkan masalah resistensi maupun resurjensi
terhadap ulat grayak maupun hama lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan cara
pengendalian alternatif yang lebih ramah lingkungan dan tidak berdampak negatif
terhadap musuh alami. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan limbah tembakau
(Nicotianae spp) sebagai insektisida nabati. Kandungan nikotin dalam tembakau
yang bersifat racun saraf terhadap serangga, dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati. Melihat potensi tanaman tembakau yang cukup melimpah di
Kabupaten Jember membuat melimpah juga limbah tembakau yang dihasilkan.
Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan ulat grayak dengan biaya
yang lebih murah.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hama Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada bulan Oktober
sampai Maret 2011. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagian dari
limbah tembakau yang lebih efektif dalam mengendalikan S. litura dan untuk
mengetahui pengaruh ekstrak limbah tembakau terhadap biologi S. litura.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 18
perlakuan yaitu perlakuan konsentrasi (0persen, 0,1persen, 0,2persen, 0,3persen,
0,4persen dan 0,5persen) pada masing-masing perlakuan bagian limbah tembakau
(akar, batang dan daun) dengan 3 kali ulangan. Penelitian dilakukan dengan
beberapa tahap meliputi (1) tahap persiapan serangga uji larva S.litura yang diperoleh dari lapang. (2) Pembuatan ekstrak limbah tembakau dengan
konsentrasi 0 persen, 0,1 persen, 0,2 persen, 0,3 persen, 0,4 persen dan 0,5 persen
untuk setiap bagian limbah tembakau (akar, batang dan daun). (3) Larva S. litura
diperlakukan dengan metode dermal, serangga uji disemprot dengan ekstrak
limbah tembakau, dikeringanginkan selama 30 detik. (4) Parameter pengamatan
adalah mortalitas, toksisitas, aktivitas makan dan biologi S. litura yang terjadi
setelah perlakuan. (5) Data yang diperoleh dianalisis dengan anova dan uji
perbandingan menggunakan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5
persen untuk mengetahui pengaruh interaksi perlakuan pada mortalitas. Uji LC
digunakan untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dalam mengendalikan larva
S. litura. Sedangkan LT
digunakan untuk mengetahui waktu yang efektif dalam
mengendalikan larva S. litura.
50
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas tertinggi terdapat pada
perlakuan ekstrak batang tembakau dan ekstrak daun tembakau dengan
konsentrasi 0,5 persen sebesar 96,66 persen. Mortalitas terendah pada konsentrasi
0,5 persen terjadi pada aplikasi ekstrak akar tembakau dengan nilai mortalitas
sebesar 60 persen. Nilai LC
terendah diperoleh pada ekstrak batang sebesar
0,0908 persen dan ekstrak daun tembakau sebesar 0,0911 persen. Nilai LT
50
terkecil dihasilkan oleh ekstrak batang tembakau pada konsentrasi 0,5 persen
sebesar 4,02 jam dan pada ekstrak daun tembakau dengan konsentrasi 0,5 persen
sebesar 3,36 jam. Dari uraian, dapat disimpulkan bahwa bagian batang dan daun
tembakau memiliki efektifitas yang lebih tinggi daripada bagian akar tembakau.
Karena pada masing-masing bagian tembakau memiliki kandungan nikotin yang
berbeda-beda. Pada konsentrasi yang tinggi mempunyai efektifitas yang tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah dalam mengendalikan
S.litura. Ekstrak limbah tembakau mempengaruhi biologi S.litura.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4297]