KERAGAAN TUJUH GENOTIPE KEDELAI GENERASI F5
Abstract
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan. Kebutuhan kedelai di
Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk
dan perbaikan pendapatan perkapita, sementara produksi kedelai masih rendah
bahkan terjadi penurunan. Untuk mendukung program pemerintah di dalam
peningkatan produksi kedelai, maka dilakukan pemanfaatan lahan baik pada lahan
sawah maupun lahan kering dengan menggunakan varietas kedelai berumur
genjah. Selain itu, penyakit karat daun juga dapat mempengaruhi produksi
kedelai. Kedelai yang terserang penyakit karat daun dapat menurunkan produksi
kedelai sebesar 20-80 %. Oleh sebab itu, perlu ada varietas unggul kedelai
berumur genjah, produksi tinggi, dan tahan terhadap penyakit karat daun.
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Jember pada
Bulan Desember 2015 sampai April 2016. Penelitian menggunakan rancangan
acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 13 genotipe dan diulang sebanyak 3 kali.
Genotipe kedelai yang digunakan yaitu Rajabasa, Dering, Polije 2, Polije 3, RD
(Rajabasa x Dering), P2R (Polije 2 x Rajabasa), P2D (Polije 2 x Dering), P2P3
(Polije 2 x Polije 3), P3R (Polije 3 x Rajabasa), P3D (Polije 3 x Dering), P3P2
(Polije 3 x Polije 2), Ri (Ringgit), dan M (Malabar).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P3R (Polije 3 x Rajabasa) lebih
genjah dibandingkan dengan hasil persilangan lainnya yaitu 86 hst, Malabar
memiliki umur lebih genjah dibandingkan P3R (Polije 3 x Rajabasa) yaitu dengan
umur 84 hst. Produksi menunjukkan berbeda tidak nyata. Penyakit karat daun
muncul pada umur 50 hst dengan gejala terdapat bercak-bercak berwarna kelabu
yang selanjutnya bercak tersebut menjadi lebih besar dan berwarna coklat tua.
Bercak tersebut terdapat pada sisi bagian bawah daun. Pada fase pengisian polong
(50-70 hst) menunjukkan bahwa genotipe P3R, P3D, P3P2, dan Ri yaitu resisten,
sedangkan untuk genotipe lainnya menunjukkan hasil imun.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]