LAJU ABSORBSI NITROGEN PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merill) YANG BERASOSIASI DENGAN BAKTERI FOTOSINTETIK Synechococcus sp.
Abstract
Tanaman  kedelai  selain  bersimbiosis  dengan  Rhizobium  juga  dapat 
berasosiasi  non-simbiotik  dengan  bakteri  fotosintetik  Synechococcus  sp.  Bakteri 
ini  memiliki  daya  adaptasi  yang  luas  termasuk  pada  lingkungan  yang  ekstrim. 
Bakteri  ini  dapat  menjadi  biofertilizer  bagi  tanaman  bahkan  dalam  kondisi 
lingkungan  yang  tidak  menguntungkan  bakteri  ini  masih  dapat  menyumbang 
unsur  hara  N  dari  hasil  fiksasi  N2
  di  udara.  Hasil  penelitian  terdahulu 
menunjukkan  bahwa asosiasi  Synechococcus sp. dengan tanaman kedelai  mampu 
meningkatkan aktivitas  nitrogenase di daun dan  hanya  menurunkan 3,93 % bintil 
akar  aktif.  Namun  demikian  masih  perlu  dikaji  seberapa  besar  laju  absorbsi 
nitrogen oleh tanaman kedelai yang berasosisasi dengan Synechococcus sp.  
  Penelitian  yang  dilakukan  bertujuan  untuk  mengkaji  laju  absorbsi  nitrogen 
pada  tanaman  kedelai  (Glycine  max  L.  Merill)  yang  berasosiasi  non-simbiotik 
dengan    bakteri  fotosintetik  Synechococcus  sp.  strain  Situbondo.  Hasil  penelitian 
ini  diharapkan  dapat  memberikan  informasi  tentang  peluang  bakteri  fotosintetik 
Synechococcus sp. strain Situbondo sebagai biofertilizer.  
  Penelitian  ini  dilaksanakan  di  Green  House  dan  Laboratorium  Fisiologi 
Tumbuhan  Jurusan  Budidaya  Pertanian  Fakultas  Pertanian  Universitas  Jember. 
Penelitian  dimulai  bulan  Juni  sampai  dengan  Agustus  2010.  Bahan  utama  yang 
digunakan adalah kedelai varietas Baluran dan bakteri fotosintetik Synechococcus 
sp. Strain Situbondo.  Penelitian  dilaksanakan  dengan  5  perlakuan  yaitu  (P0
) 
Tanaman  tanpa  disemprot  dengan  Synechococcus  sp.  (Kontrol);  (P1
)  Tanaman 
disemprot dengan Synechococcus sp. satu kali pada saat inisiasi bunga (32 HST); 
(P2
)  Tanaman  disemprot  dengan  Synechococcus  sp.  dua  kali  pada  saat  fase 
pertumbuhan eksponensial (21 HST) dan  inisiasi  bunga (32 HST); (P3
) Tanaman 
disemprot  dengan  Synechococcus  sp.  dua  kali  pada  saat  inisiasi  bunga  (32  HST) 
dan  pembentukan  polong  (38  HST)  dan  (P4
)  Tanaman  disemprot  dengan 
Synechococcus  sp.  tiga  kali  pada  saat  fase  pertumbuhan  eksponensial  (21  HST), 
inisiasi  bunga  (32  HST)  dan  pembentukan  polong  (38  HST).  Pengambilan  data 
dilakukan  2  kali  pada  fase  pertumbuhan  yang  berbeda  yaitu  pada  T1
  umur 
tanaman 28 HST dan T2
 umur tanaman 60 HST. Parameter pengamatan  meliputi 
N-total  jaringan  (%),  N-ureida  (μg N), N-α-amino  (μg N), N-nitrat  (μg N), Laju 
Absorbsi  Nitrogen  (%  per  hari),  Persentase  Bintil  Akar  Aktif  (%),  Panjang  Akar 
(cm), Volume  Akar (cm
3
), Berat Kering Tanaman (g), Laju Pertumbuhan Relatif 
(g/g/hari), Kandungan klorofil (μmol/m
2
), Berat biji per tanaman (g), Kandungan 
Protein  Biji  (%),  Kadar  Lengas  Tanah  (%),  pH  Tanah,  Temperatur  Tanah  (°C), 
Kelembaban  Udara  (%)  dan  Temperatur  Udara  (°C).  Masing-masing  perlakuan diulang  sebanyak 10 kali. Nilai rerata  masing-masing perlakuan  setiap parameter 
dibandingkan dengan nilai SEM (Standard error of the mean).  
  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  asosiasi  bakteri  fotosintetik 
Synechococcus  sp.  pada  tanaman  kedelai  (Glycine  max  L.  Merill)  dapat 
meningkatkan  laju  absorbsi  nitrogen  harian  dengan  peningkatan  tertinggi 
diperoleh  dari  aplikasi  bakteri  fotosintetik  Synechococcus  sp.  2  kali  yaitu  pada 
fase inisiasi bunga dan pembentukan polong sebesar 0,074 % per hari. 
 
Catatan : 
HST (hari setelah tanam)
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4533]
