RESPON PERTUMBUHAN DAN KARAKTER ANATOMI DUA KLON KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP TINGKAT INTENSITAS NAUNGAN PADA PEMBIBITAN TANAMAN KOPI
Abstract
Tingkat konsumsi akan kebutuhan kopi dalam negeri dan volume ekspor permintaan komoditas kopi robusta meningkat sedangkan produktifitas kopi robusta dalam negeri dirasa masih kurang. Solusi untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan melakukan pembibitan yang baik agar hasil yang didapatkan juga baik. Penggunaan naungan dan klon yang baik baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan anatomis tanaman kopi. Hal ini karena tanaman kopi merupakan tanaman C3 yang tidak memerlukan cahaya matahari yang penuh. Analisis karakteristik anatomis dan pertumbuhan bibit kopi di lapang akan menunjukkan informasi tentang tingkat naungan, intensitas cahaya yang tepat bagi bibit kopi dan informasi tentang klon bibit kopi yang bisa bertahan pada kondisi intensitas cahaya yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klon yang baik dan tingkat intensitas naungan yang tepat terhadap pertumbuhan dan karakter anatomis bibit kopi robusta. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember dan Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Jember pada bulan Juni 2015 sampai dengan bulan November 2015. Perlakuan percobaan diatur dalam rancangan petak terpisah (Split Plot) dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari dua faktor yaitu tingkat naungan sebagai petak utama dan macam klon sebagai anak petak sehingga terdapat delapan kombinasi perlakuan dengan empat ulangan. Faktor pertama ialah tingkat naungan dengan 4 taraf yaitu: N0=0 lapis naungan paranet, N1= satu lapis naungan paranet, N2= dua lapis naungan paranet dan N3= tiga lapis naungan paranet. Faktor kedua ialah klon yang terdiri dari 2 taraf yaitu K1=Klon BP 358 dan K2=Klon BP 308. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA). Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, berat basah akar, berat basah pucuk, berat basah total, berat kering akar, berat kering pucuk, berat kering total, jaringan palisade, jaringan, spons, jaringan parenkim dan densitas stomata. Apabila antar perlakuan berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata DMRT dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan anatomi bibit kopi robusta memberikan respon berbeda nyata pada faktor naungan, namun tidak berbeda nyata pada faktor klon dan interaksinya. Penggunaan satu lapis naungan paranet dengan intensitas cahaya mendekati 68,81% memberikan hasil lebih baik terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta karena memberikan respon terbaik pada beberapa variabel pengamatan yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah total tanaman dan berat kering total tanaman. Sedangkan karakter anatomi ditunjukkan pada petak tanpa naungan dengan nilai jaringan palisade tertinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan paranet satu lapis direkomendasikan untuk pembibitan kopi robusta.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]