Show simple item record

dc.contributor.advisorHARYADI, Nanang Tri
dc.contributor.advisorPRANATA, Tatang
dc.contributor.authorDARMAWAN, Edy
dc.date.accessioned2016-11-21T01:23:12Z
dc.date.available2016-11-21T01:23:12Z
dc.date.issued2016-11-21
dc.identifier.nimNIM091510501097
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/78142
dc.description.abstractJamur merupakan salah satu organisme yang dominan di dalam tanah. Jamur didalam tanah yang berperan sebagai agen pengendali hayati dikelompokkan sebagai jamur entomopatogen dan antagonis. Banyaknya organisme tanah yang menguntungkan dan dapat dijadikan sebagai pengendali hayati maka perlu dilakukan eksplorasi. Eksplorasi merupakan langkah awal dari pelaksanaan teknik–teknik pengendalian hayati. Pelaksanaan persiapan dalam penelitian ini meliputi pengambilan sampel tanah di enam kabupaten yaitu Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Lumajang dan Probolinggo dengan cara menentukan lokasi pengambilan sampel tanah serta penentuan lima titik sampel tanah secara diagonal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keberadaan jamur entomopatogen dan jamur antagonis yang terdapat dilahan tanaman tembakau, mengetahui karakteristik jamur entomopatogen dan jamur antagonis dari hasil isolasi tiap sampel tanah yang diambil dipertanaman tembakau, mengetahui patogenitas jamur entomopatogen hasil isolasi tiap sampel tanah terhadap mortalitas ulat hongkong. Hasil Ekplorasi jamur entomopatogen di enam Kabupaten diperoleh 4 isolat jamur B. bassiana dari Kabupaten Jember, Bondowoso, Probolinggo dan Situbondo. Jamur M. anisopliae diperoleh 3 isolat asal Kabupaten Jember, Probolinggo, dan Situbondo. Hasil ekplorasi jamur antagonis Trichoderma sp ditemukan di enam Kabupaten. Hasil penelitian diperoleh karakteristik dari jamur B. bassiana yaitu berwarna putih, M. anisopliae berwarna kuning kehijauan dan hijau, sedangkan jamur Trichoderma sp berwarna hijau muda. Trichoderma sp yang ditemukan di enam Kabupaten diduga dengan spesies yang berbeda karena untuk di setiap Kabupaten karakteristiknya berbeda-beda. Uji tingkat patogenisitas pada jamur B. bassiana presentasi hambatan tertinggi yaitu jamur yang asal isolatnya dari Kabupaten Probolinggo dengan presentasi 80%. Isolat asal Kabupaten Jember merupakan isolat yang tingkat patogenisitasnya lebih kecil dibanding isolat yang lain yaitu 60%. Presentasi hambatan tertinggi untuk cendawan entomopatogen M. anisopliae yaitu cendawan yang asal isolatnya dari Kabupaten Probolinggo, sedangkan untuk presentasi hambatan paling rendah yaitu isolat asal Kabupaten Situbondo. Hasil pengamatan uji antagonisme Trichoderma sp terhadap Rhizoctonia solani secara biakan ganda didapatkan hasil yang berbeda dari setiap asal isolat. Asal isolat Bondowoso menunjukan hasil antagonisme rata-rata mencapai 85%. Asal isolat Situbondo tingkat antagonismenya paling rendah yaitu 28,3%en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries091510501097;
dc.subjectJamuren_US
dc.subjectEntomopatogenen_US
dc.subjectPengendali Hayatien_US
dc.titleEKSPLORASI JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, dan JAMUR ANTAGONIS Trichoderma sp PADA BEBERAPA SAMPEL TANAH PERTANAMAN TEMBAKAUen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record