KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SISWA BERKEMAMPUAN TERBATAS DI SMP NEGERI 1 MAYANG KABUPATEN JEMBER (STUDI KASUS YANG DIALAMI OLEH HABIBI)
Abstract
Siswa yang memiliki keterbatasan kemampuan, baik akademik maupun
nonakademik, diperkirakan juga mengalami keterbatasan kemampuan dalam
berkomunikasi. Hal ini karena kemampuan manusia dipengaruhi oleh keadaan otak.
Kemampuan komunikasi manusia didasarkan pada kemampuannya menggunakan
aspek-aspek pragmatik, seperti tindak tutur, implikatur, praanggapan, dan deiksis.
Habibi adalah seorang siswa yang memiliki keterbatasan kemampuan akademik dan
nonakademik. Kemampuan Habibi dalam menggunakan aspek-aspek pragmatik
dalam aktivitas komunikasinya sepintas tidak sama dengan kemampuan siswa normal
lainnya. Kemampuan Habibi dalam menggunakan aspek-aspek pragmatik tidak
sebaik siswa normal seusianya. Penelitian ini akan mencari tahu, di antaranya (1)
kemampuan Habibi dalam bertindak tutur ilokusi yang meliputi tindak asertif,
direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi, (2) kemampuan Habibi dalam memahami
implikatur, (3) kemampuan Habibi dalam memahami praanggapan, dan (4)
kemampuan Habibi dalam menggunakan deiksis.
Data dalam penelitian ini berupa tuturan Habibi dan konteks yang melingkupi
yang diperoleh dari aktivitas komunikasinya. Data disediakan dengan menggunakan
metode simak beserta teknik dasar, yaitu teknik sadap dan teknik lanjutan berupa
teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik
catat. Selain metode simak, juga dilakukan metode cakap beserta teknik dasar, yaitu
teknik pancing dan teknik lanjutan berupa teknik cakap semuka, teknik rekam, dan
teknik catat. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode padan pragmatis dengan teknik dasar daya pilah pragmatis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima tindak tutur, hanya empat
tindak tutur yang dapat digunakan oleh Habibi, yaitu tindak tutur asertif, direktif,
komisif, dan ekspresif. Untuk tindak tutur deklarasi tidak mampu digunakan oleh
Habibi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat peran Habibi dalam kelompok
masyarakat sekolah yang hanya sebagai siswa. Habibi hanya mampu menggunakan
tiga tindak tutur asertif: memberitahu, menuduh, dan mengeluh. Tindak tutur direktif
yang mampu digunakan Habibi: memerintah dan memohon. Tindak tutur komisif
yang mampu digunakan oleh Habibi: berjanji dan menolak. Terakhir, tindak tutur
ekspresif yang mampu digunakan oleh Habibi: memuji, dan berterima kasih. Secara
keseluruhan, Habibi hanya mampu menggunakan Sembilan dari 28 jenis tindak tutur.
Habibi mampu memahami konteks-konteks khusus yang melingkupi
percakapan dan mengaitkan dengan aktivitas komunikasi sehingga mampu
menangkap pesan yang tersebunyi dalam tuturan mitra tutur. Kemampuan Habibi
dalam memahami implikatur baik apabila dihadapkan pada mitra tutur teman sebaya
yang menggunakan bahasa sama dengan dirinya, ketika berhadapan dengan guru,
dalam beberapa situasi, Habibi memang mampu memahami pesan yang tersebunyi
dalam tuturan mitra tutur. Namun, respon yang dilakukan Habibi dalam menanggapi
berbeda dengan mitra tutur teman sebaya.
Dalam kaitannya dengan praanggapan, Habibi gagal atau kurang mampu
memahami pengetahuan bersama yang dimilikinya dan dimiliki mitra tutur. Habibi
tidak mampu memahami bahwa asumsi mengenai informasi tak tertuturkan itu juga
diketahui oleh mitra tutur. Habibi gagal atau kurang mampu memahami pengetahuan
bersama yang dimilikinya dan mitra tuturnya ketika berkomunikasi dengan mitra
tutur guru. Fenomena semacam ini tidak ditemukan ketika Habibi berinteraksi dengan
mitra tutur teman sebaya.
Terakhir, Habibi mampu menggunakan deiksis dalam aktivitas
komunikasinya. Penggunaan bentuk-bentuk deiksis, baik persona, tempat, dan waktu,
terbatas pada bentuk-bentuk deiksis bahasa Madura. Habibi mampu menggunakan
deiksis dengan disesuaikan konteks saat ia melakukan aktivitas komunikasi.