Show simple item record

dc.contributor.advisorSupriyadi
dc.contributor.advisorPriyantari, Nurul
dc.contributor.authorGuna, Toto Adi
dc.date.accessioned2016-11-16T03:40:40Z
dc.date.available2016-11-16T03:40:40Z
dc.date.issued2016-11-16
dc.identifier.nim111810201039
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/77895
dc.description.abstractEksplorasi geofisika merupakan suatu teknologi penerapan teori dan konsep fisika untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi. Beberapa metode yang biasa digunakan dalam eksplorasi geofisika adalah metode geolistrik, metode seismik, metode geomagnetik, metode gaya berat, dan metode elektromagnetik. Metode elektromagnetik sudah digunakan sejak tahun 1950 dalam pelaksanaan eksplorasi geofisika untuk kepentingan eksplorasi sumber daya mineral, industri perminyakan, dan energi geotermal. Salah satu metode elektromagnetik yang sering digunakan adalah metode magnetotelurik. Metode magnetotelurik merupakan metode yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik frekuensi rendah yang berasal dari alam sebagai sumber siyal utama untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi. Pada pelaksanaan eksplorasi menggunakan metode magnetotelurik terkadang ditemukan beberapa kendala yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pada kurva hasil interpretasi. Salah satu kendala tersebut berupa adanya anomali konduktif dekat pemukaan yang dapat menyebabkan terjadinya pergeseran statik pada kurva hasil interpretasi. Pergeseran statik adalah pergeseran vertikal antara kurva modus TE dan modus TM dalam satu site yang dapat terjadi pada kurva resistivitas semu maupun fasa impedansi. Berdasarkan hasil dan analisa dapat disimpulkan bahwa semua model anomali konduktif dekat permukaan yang digunakan dapat menyebabkan terjadinya pergeseran statik. Pergeseran statik yang terjadi memiliki karakteristik yang berbeda-beda dipengaruhi oleh tingkat ketebalan anomali konduktif, panjang anomali konduktif, panjang dan tebal anomali konduktif, dan adanya anomali konduktif dengan selubung anomali resistif. Perubahan ukuran anomali dalam setiap variasi model anomali konduktif yang digunakan tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat pergeseran statik yang terjadi. Nilai frekuensi yang digunakan dan tingkat konduktivitas lapisan bumi dapat mempengaruhi kemampuan penetrasi gelombang EM ke bawah permukaan bumi, sehingga dapat berpengaruh pada nilai resistivitas semu dan fasa impedansi yang didapatkan. Secara keseluruhan dalam kurva resistivitas semu pada frekuensi 0,1 Hz – 1 Hz pergeseran statik hanya terjadi pada modus TM, sedangkan pada frekuensi 1 Hz - 100 Hz pergeseran statik terjadi pada modus TE dan modus TM. Namun pada model anomali konduktif dengan selubung anomali resistif didapatkan hasil yang sedikit berbeda, yaitu pada frekuensi 0,1 Hz - 5 Hz pergeseran statik hanya terjadi pada kurva resistivitas semu modus TM, sedangkan pada frekuensi 10 Hz - 100 Hz pergeseran statik terjadi pada modus TE dan modus TM. Kurva fasa impedansi pada frekuensi 0,1 Hz pada semua model anomali konduktif tidak mengalami pergeseran statik, namun pada model anomali konduktif dengan selubung anomali resistif pada frekuens 0,5 Hz - 1 Hz juga tidak mengalami pergeseran statik, dengan demikian kurva-kurva fasa impedansi yang tidak mengalami pergeseran statik tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan koreksi pada kurva resistivitas semu yang mengalami pergeseran statik akibat adanya anomali konduktif dekat permukaan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAnomali Konduktifen_US
dc.subjectPergeseran Statik Data Magnetotelurik 2Den_US
dc.titlePEMODELAN PERGESERAN STATIK DATA MAGNETOTELURIK 2D PADA KASUS ANOMALI KONDUKTIF DEKAT PERMUKAANen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record