AHASA REGISTER DOA DALAM RITUS KARO DAN KASADA (COLLECTIVE MIND MASYARAKAT TENGGER JAWA TIMUR)
Abstract
Dalam ritus Karo dan Kasada, register doa merupakan
unsur ritual yang bersifat substansial. Dalam praktek ritual
register ini berfungsi untuk merasionalisasi unsur-unsur ritual
yang bersifat simbolik, menimbulkan suasana sakral dan magis.
Artikel ini bertujuan memaparkan keberadaan register doa
sebagai fenomena lingual. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskritif kualitatif, yang ditempuh
melalui dua metode operasional. Pengumpulan data digunakan
metode observasi, dan analisis data digunakan metode agih dan
padan pragmatik. Nara sumber adalah dukun Tengger di Desa
Ngadisari. Data yang digunakan adalah doa-doa dalam ritus
Karo dan Kasada.
Register doa disampaikan dengan bahasa Jawa dialek
Tengger yang arkhais dan tidak lagi digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Bahasanya bersifat artifisial, taksa, dan eksklusif.
Bentuk-bentuk satuan lingual dalam register bukan semata-mata
untuk membangkitkan kebermaknaan wacana tapi lebih
diutamakan pada fungsinya sebagai unsur ritual, yakni untuk
merasionalisasi unsur-unsur ritual yang bersifat simbolik,
menimbulkan suasana sakral dan magis. Nilai magis pada
register terjadi akibat manipulasi bahasa, seperti permainan
bunyi, repetisi, dan paralelisme. Pemaknaan dan kebermaknaan
wacana dilakukan bukan atas dasar pemahaman pada sistem
kode dan atau logika deduksional tetapi didasarkan atas
keyakinan mereka.
Register doa hadir dalam wujud wacana karena memenuhi
tiga patokan, yakni: (1) adanya kesatuan makna atau keherensi,
(2) adanya perpaduan antara unsur-unsur formalnya atau kehesi,
dan (3) adanya keutuhan antara struktur formal dengan struktur
semantisnya. Adanya kepaduan, kesatuan, dan keutuhan
mengimplikasikan bahwa di dalam register doa terdapat relasi antarelemen, baik relasi antarelemen semantis maupun relasi
antarelemen formal. Relasi antarelemen register menghasilkan
struktur kewacanaan. Struktur kewacanaaan register doa bersifat
hirarkis sesuai dengan relasi yang ada pada tataran elemenelemennya.
Secara semantis, relasi antarelemen register doa pada
uapacara Karo dan Kasada dibangun atas dasar hubungan saranatujuan.
Hubungan sarana tujuan ini dimanivestasikan secara
fonetis dalam bentuk hubungan aditif yang implisit.
Collections
- LSP-Conference Proceeding [1876]