PERCUMBUAN ANTARA DANYANG BUYUT CILI DENGAN BARONG TUWA DALAM RITUAL IDER BUMI DI DESA KEMIREN KABUPATEN BANYUWANGI
Abstract
Membicarakan Desa Kemiren adalah membicarakan sebuah wilayah
geografis dan kultural dengan karakteristik, unik dan khas. Ketika pertama
kali menginjakkan kaki di wilayah Desa Kemiren, tampak nuansa eksotis
dari masyarakat Using. Eksotisme mulai dari bentuk rumah warga desa yang
mayoritas masih mempertahankan keasliannya, bahasa yang digunakan
masyarakat serta berbagai macam kebudayaan yang ada. Ada banyak
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Kemiren antara lain:
gandrung, kuntulan, barong, gedhogan, mocoan Lontar Yusuf, burdah, jaran
kencak, kiling, angklung paglak, angklung caruk, angklung tetak, angklung
blambangan, kenthulitan, seni ukir, tenun abaka, tulup, seni arsitektur rumah
Using, seni kerajinan pembuatan biola gandrung, seni kerajinan pembuatan
barong using, sedekah Syawal, sedekah penampan, sedekah kupatan, barong
ider bumi, tumpeng sewu, Rebo wekasan (nyelameti banyu), adeg-adeg
tandur, slametan melecuti pari (saat padi hamil), slametan pari (akan panen),
slametan sapi (selesai membajak sawah), slametan kebonan, slametan jenang
sumsum, slametan jenang lemu, slametan Syuroan, slametan ndhudhuk
lemah, slametan masang suwunan, dan slametan ngebangi umah (Aekanu Hariyono). Menariknya kebudayaan-kebudayaan tersebut
menjadi bagian dalam kehidupan masyarakatnya baik golongan tua maupun
kawula muda. Menurut informasi Riyanto Agust −seorang pemuda Kemiren
yang fasih betul berceritera tentang Babad Blambangan sampai mengoleksi
kain tenun khas Kemiren yang usianya sudah tua− menceritakan bahwa para
pemuda Kemiren bangga dengan kebudayaan yang mereka warisi dari orang
tua mereka. Fenomena seperti ini tidak didapatkan di wilayah lain.
Collections
- LSP-Conference Proceeding [1874]