Show simple item record

dc.contributor.authorYUNO TRISAPTA HARTAWAN
dc.date.accessioned2013-12-10T07:33:18Z
dc.date.available2013-12-10T07:33:18Z
dc.date.issued2013-12-10
dc.identifier.nimNIM041510101051
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/7571
dc.description.abstractKacang hijau ( Vigna radiata L. Wilczek) sudah dikenal masyarakat sebagai kacang-kacangan yang kaya akan zat gizi dan memiliki daya cerna yang baik, sehingga cocok sebagai gizi anak balita dan manula. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminose yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sementara laju peningkatan luas areal tanamnya masih dibawah jagung dan kedelai maupun kacang tanah. Penyebabnya antara lain karena kesulitan petani dalam mendapatkan benih yang berkualitas baik dan tersedia tepat waktu. Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu alternatif pemecahan terhadap rendahnya produksi kacang hijau saat ini. Varietas unggul kacang hijau memiliki beberapa kelebihan, antara lain produksinya yang tinggi berumur genjah, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta lebih tahan terhadap cekaman lingkungan. Penanaman varietas unggul ini diharapkan akan dapat lebih meningkatkan produktivitas tanaman kacang hijau. Heritabilitas merupakan nisbah besaran ragam genotipe dengan besaran ragam fenotipe sifat yang bersangkutan dan merupakan tolak ukur penting dalam seleksi (Knight,1979 dalam Kuswanto, 1992). Heritabilitas dan korelasi dari suatu sifat diperlukan karena dari nilai yang diketahui dapat memberikan gambaran kemungkinan kemajuan genetik yang akan diperoleh selama seleksi, disamping itu tolak ukur seleksi dapat diketahui secara tidak langsung dari nilai koefisien korelasi. Antara genotipe yang berbeda terhadap koefsien korelasi yang berbeda pula. Penelitian ini mengguakan rancagan acak kelompok RAK) non-faktorial dengan tiga kali ulangan serta terdiri dari sepuluh genotype. Genotip tersebut antara lain: 1) Kutilang, 2) Sampeong, 3) Perkutut, 4) Sriti, 5) Kenari, 6) NO. 129, 7) Murai, 8) Betet, 9) Lokal Pare-1, 10)Lokal Pare-2. Hasil analisis keragaman genotipik dan fenotipik menunjukkan bahwa pada umumnya nilai koefisien keragaman genotipik dan fenotipi rendah untuk semua sifat yang diamati, berdasarkan kriteria Moedjiono dan Mejaya (1994). Koefisien korelasi genotipik dan fenotipik menunjukkan nilai yang searah namun nilai koefisien fenotipik cenderung lebih rendah, yang berarti genotipik sifat-sifat tersebut tidak dipengaruhi oleh lingkungan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries041510101051;
dc.subjectHeritabilitas, Korelasi Genotipik, Kacang Hijauen_US
dc.titleHERITABILITAS DAN KORELASI GENOTIPIK ANTAR SIFAT KUANTITATIF 10 GENOTIP KACANG HIJAUen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record