dc.description.abstract | Cucumber mosaic virus (CMV) merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau dan dapat menurunkan kualitas daun tembakau. Teknik pengendalian penyakit di lapang yang sekarang sedang dikembangkan adalah teknik pengendalian dengan menggunakan varietas tahan. Tembakau kultivar H877 diketahui tahan terhadap TMV namun rentan terhadap CMV. Penggunaan asam salisilat (SA), hidrogen peroksida (H202), dan kalsium klorida (CaCl2) diharapkan mampu menginduksi terbentuknya ketahanan tembakau tersebut terhadap infeksi CMV.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
1). Reaksi yang terjadi pada tanaman setelah diperlakukan dengan SA. H202 dan CaCl2 dan diinokulasi virus sehingga dapat digunakan sebagai kriteria ketahanan,
2). Senyawa yang paling efektif dalam menghambat penyebaran virus,
3). Konsentrasi SA, H202 dan CaCl2 yang paling efektif dalam menghambat perkembangan virus,
4). Perbedaan reaksi yang terjadi jika SA, H202 dan CaCl2 diperlakukan pada 20 dan 35 hari setelah tanam (hst).
Penelitian dilakukan di Rumah Kasa Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember dalam bulan April sampai bulan Juli 2000. Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan yaitu penyemprotan SA, H202 dan CaCl2 dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 10 µM, 50 µM, 100 µM, dan 500 µM untuk SA dan H202 serta 1 mM, 5 mM, 10 mM, dan 50 mM untuk CaCl2. Masing-masing konsentrasi diulang 3 kali. Aplikasi penyemprotan dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu 20 hst dan 35 hst. Virus yang digunakan adalah CMV-8 yang berasal dari cabe rawit. Inokulasi dilakukan 3 hari setelah penyemprotan senyawa-senyawa tersebut dan pengamatan dilakukan sehari setelah inokulasi. | en_US |