STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN
Abstract
Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Angiosperm) yang telah
beradaptasi hidup tenggelam di dalam air laut. Fungsi ekologis lamun antara lain adalah
sebagai sumber utama produktivitas primer, sumber makanan baik dalam bentuk hidup
ataupun detritus, tempat berlindung, dan tempat berkembangbiak bagi beberapa jenis
invertebrata. Salah satu ekosistem pantai yang memiliki komunitas lamun adalah
Pantai Bama yang terletak di Taman Nasional Baluran. Struktur komunitas lamun di
Pantai Bama pernah diteliti pada tahun 2004, dari penelitian tersebut diketahui ada 5
jenis lamun. Seperti halnya pada komunitas umumnya, komunitas lamun juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor biofisik, dalam jangka waktu yang cukup lama faktorfaktor
biofisik ini dapat menyebabkan perubahan pada komunitas lamun tersebut. Oleh
sebab itu penelitian tentang struktur komunitas lamun di Pantai Bama perlu dilakukan
lagi karena struktur komunitas merupakan konsep dasar untuk mempelajari suatu
komunitas dan perubahan-perubahannya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas lamun di zona
intertidal Pantai Bama Taman Nasional Baluran yang meliputi frekuensi mutlak jenis
dan frekuensi relatif jenis, persen penutupan mutlak jenis dan persen penutupan relatif
jenis, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, indeks kesamarataan, dan indeks
Morisita. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai struktur
komunitas lamun di zona intertidal Pantai Bama dan dapat menjadi sumber data ilmiah
untuk pengelolaan dan pelestarian ekosistem lamun di masa depan.
ix
Penelitian dilakukan di zona intertidal Pantai Bama Taman Nasional Baluran,
Jawa Timur dengan titik kordinat awal 7°50’40,71”s dan 114° 27’45,07”e sampai titik
koordinat akhir 7°50’33,13”s dan 114°27’45,72”e pada tanggal 31 Mei – 3 Juni 2015.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode transek ploting. Jumlah
transek yang dibuat sebanyak 15 transek. Pada tiap transek kemudian diletakan plot
dengan ukuran 1x1 m secara sistematis. Dari tiap-tiap plot kemudian diukur frekuensi
dan persen penutupan setiap jenis lamun. Selain itu juga dilakukan pengukuran faktor
abiotik pada plot 1, 5, dan kelipatannya. Data dan spesimen lamun yang ditemukan saat
sampling dianalisis dan diidentifikasi di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Jember dan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta.
Di Pantai Bama ditemukan 7 jenis lamun yaitu Halodule pinifolia Hartog,
Syringodium isoetifolium (Asch.) Dandy, Halodule uninervis (Forssk.) Asch., Enhalus
acoroides (L.f.) Royle, Halophila ovalis (R.Br.) Hook. f., Thalassia hemprichii
(Ehrenb.) Asch., dan Cymodocea rotundata Asch. & Schweinf. Jenis lamun yang
memiliki peranan paling penting adalah C. rotundata dengan nilai INP 55,65%, diikuti
T. hemprichii dengan nilai INP 54,99%. Keanekaragaman jenis lamun di Pantai Bama
berdasarkan Indeks Shannon-Wiener tergolong sedang dengan nilai 1,52. Di Pantai
Bama nilai Indeks Evennes adalah 0,78, nilai tersebut menunjukan kesamarataannya
tergolong tinggi dan keadaan komunitas lamunnya dalam kondisi yang stabil. Pola
sebaran setiap jenis lamun cenderung mengelompok, hal ini didasarkan pada
perhitungan Indeks Morisita yang menunjukan nilai > 1 untuk masing-masing jenis
lamun. Pengelompokan lamun ini terjadi di sekitar 10 - 150 m dari garis pantai dengan
kedalaman 0,5 – 1 m.