PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI MERAH TERHADAP LAJU KOROSI BAJA A131 PADA AIR LAUT
Abstract
Baja merupakan bahan yang masih menjadi pilihan utama dalam bidang
konstruksi. Salah satu penggunaan baja adalah pada lambung dan sistem ballast kapal
laut. Masalah terpenting yang muncul dalam sistem ballast pada kapal laut adalah
tentang proses korosi yang terjadi karena adanya air laut. Dewasa ini telah banyak
dikembangkan mengenai berbagai cara untuk mengatasi masalah korosi. Metode
yang tepat untuk perlindungan sistem ballast pada kapal laut dari serangan korosi
adalah pemberian inhibitor. Inhibitor yang digunakan pada penelitian ini terbuat dari
ekstrak daun jambu biji merah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari titik optimum
konsentrasi inhibitor ekstrak daun jambu biji merah apabila nantinya diaplikasikan
pada perlindungan sistem ballast pada kapal laut.
Metode perhitungan laju korosi yang digunakan adalah metode weight loss sesuai
dengan ASTM G1 (Standard Practice for Preparing, Cleaning, and Evaluation
Corrosion Test Specimens). Spesimen uji yang digunakan berukuran panjang 10 mm,
lebar 10 mm dan tebal 5 mm sesuai dengan ASTM G31-72 (Standart Practice for
Laboratory Immersion Corrosion Testing of Metal). Variasi konsentrasi inhibitor
terdiri dari 0 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm, 2500 ppm dan 3000 ppm. Sedangkan lama
waktu perendaman terdiri dari 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari dan 35 hari.
Hasil penelitian ini didapat laju korosi yang variatif. nilai laju korosi mempunyai
karakter yang sama pada hampir di semua variasi konsentrasi, yaitu mengalami
penurunan dari lama waktu perendaman 7 hari ke lama perendaman 14 hari kemudian
mengalami kenaikan pada hari ke 21 dan menurun kembali pada lama perendaman 28
dan 35 hari. Laju korosi tertinggi didapat pada konsentrasi 0 ppm pada lama
perendaman 7 hari yaitu sebesar 6.28092 mpy. Sedangkan laju korosi terendah
didapat pada konsentrasi 2000 ppm pada lama perendaman 14 hari dengan nilai
1,86409 mpy.
Efisiensi inhibisi yang terendah terjadi pada konsentrasi 3000 ppm pada lama
waktu perendaman 7 hari, yaitu sebesar 32.85% dan efisiensi tertinggi terjadi pada
konsentrasi 2000 ppm dengan lama waktu perendaman 14 hari, yaitu sebesar 61,06%.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]