Show simple item record

dc.contributor.advisorEndrayadi, Eko Crys
dc.contributor.authorEka D, Oktavian
dc.date.accessioned2016-01-27T03:50:26Z
dc.date.available2016-01-27T03:50:26Z
dc.date.issued2016-01-27
dc.identifier.nim080110301013
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/72518
dc.description.abstractPabrik Gula Wringin Anom didirikan pada tahun 1881 oleh perusahaan Belanda atas nama NV. Factory yang berkedudukan di Belanda. Setelah Jepang dapat merebut Indonesia dari tangan Belanda pada tahun 1942 sampai 1945, Pabrik Gula Wringin Anom dikelola oleh pihak Jepang. Setelah kemerdekaan RI perkembangan kehidupan perkebunan di Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan dan kebijaksanaan politik dan sistem perekonomian. Pada tahun 1957 semua perkebunan diambil alih oleh pemerintah Indonesia termasuk Pabrik Gula Wringin Anom. Industri perkebunan dalam perjalanannya mengalami perkembangan yang kurang stabil, tidak terkecuali industri gula. Perkembangan industri gula yang terpusat di Jawa, ternyata tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk. Hal ini mengakibatkan kebutuhan gula dalam negeri tidak terpenuhi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 166/1961 Tanggal 28 April 1961, Pabrik Gula Wringin Anom termasuk dalam Kesatuan II Karesidenan Besuki. Pada tahun 1963 Pabrik GulaWringin Anom diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 dan 2 tentang Pembentukan Badan Perusahaan Umum yang menerangkan bahwa hak, kewajiban dan kekayaan Pabrik Gula Wringin Anom diserahkan pada Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XXV wilayah Jawa Timur. Tata niaga gula diserahkan pada Bulog dan Bank Bumi Daya. Guna mendistribusikan gula, maka Bulog bertindak sebagai agen tunggal. Bulog kemudian menunjuk penyalur-penyalur untuk selanjutnya mendistribusikan gula sampai pada konsumen. Pabrik Gula Wringin Anom terus berusaha meningkatkan produksi gula. Akan tetapi, hal ini bertolak belakang karena areal tebu yang semakin menurun mengakibatkan Pabrik Gula Wringin Anom mengalami kerugian sejak dikeluarkannya Inpres No 5 Tahun 1998 yaitu tentang penyederhanaan karyawan karena petani dibebaskan untuk bisa menanam tebu sendiri. Guna bangkit kembali dari keterpurukan tersebut, Pabrik Gula Wringin Anom memerlukan modal. Di dalam hal ini, perusahaan yang didirikan secara perseorangan biasanya bekerjasama dengan sebuah lembaga keuangan. Setelah masa depresi berlalu, Pabrik Gula Wringin Anom mengalami peningkatan seperti produktivitas gula mengalami peningkatan cukup tinggi dengan beberapa kali mengalami pemantapan kapasitas sejalan meningkatnya ketersediaan tebu. Sasaran utama adalah daerah sawah berpengairan teknis yang secara agronomis juga digunakan untuk budidaya padi dan palawija. xx Di dalam upaya peningkatan produktivitas, Pabrik Gula Wringin Anom antara lain melakukan optimalisasi masa tanaman dan penataan varietas menuju komposisi ideal. Melalui kebun semacam ini, petani diharapkan dapat belajar lebih banyak tentang pengelolaan kebun. Ini berarti peningkatan produksi total tersebut semata-mata disebabkan meningkatanya produktivitas. Pelaksanaan tersebut tidak terlepas dari peran petani. Sebagai perusahanan yang bergerak di bidang pengolahan hasil agrarian Pabrik Gula Wringin Anom menyadari adanya dampak yang mungkin muncul baik berupa dampak lingkungan secara geologis karena adanya residu dan limbah industri maupun dampak sosial pada warga sekitar pabrik. Dengan adanya dampak tersebut, Pabrik Gula Wringin menyadari perlunya bentuk pertanggung jawaban sosial perusahan dalam bentuk Program CSR (Corporate Social Responsibility) terpadu yang dijalankan oleh perusahaan kepada lingkungan sekitar perusahaan yaitu di wilayah Desa Wringin Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPABRIK GULAen_US
dc.titlePERKEMBANGAN PABRIK GULA WRINGIN ANOM DESA WRINGIN ANOM KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 1998 - 2010en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record