dc.description.abstract | Jumlah agroindustri keripik singkong di Kabupaten Bondowoso sebanyak
96 tentu membutuhkan persediaan bahan baku yang memadai. Produksi ubikayu
di Kabupaten Bondowoso dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, sehingga
menyebabkan adanya persaingan antar agroindustri untuk mendapatkan ubikayu
tersebut. Adanya persaingan tersebut menyebabkan bahan baku ubikayu di
Kabupaten Bondowoso tidak dapat mencukupi kebutuhan agroindustri, sehingga
para pengusaha agroindustri harus melakukan pemesanan dari luar daerah untuk
mencukupi persediaan bahan baku tersebut. Hal tersebut mengakibatkan biaya
pemesanan yang dikeluarkan oleh para pengusaha semakin meningkat, sedangkan
modal yang dimiliki tetap sehingga nantinya berpengaruh terhadap nilai jual
keripik singkong. Para pengusaha agroindustri keripik singkong di Kabupaten
Bondowoso harus mampu merencanakan persediaan bahan baku dengan baik
yaitu sesuai dengan EOQ untuk meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan
dalam pemesanan bahan baku. Para pengusaha agroindustri keripik singkong tidak
menentukan batas pemesanan kembali bahan baku/ ROP dan tidak melakukan
persediaan pengaman atau savety stock karena mereka menganggap persediaan
ubikayu akan tercukupi walaupun sebenarnya belum tentu tercukupi karena
produksi ubikayu di Bondowoso fluktuatif/ tidak menentu. Para pengusaha
agroindustri keripik singkong perlu menentukan ROP dan melakukan savety stock
untuk menghadapi kemungkinan kekurangan persediaan bahan baku.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemesanan bahan
baku pada usaha agroindustri keripik singkong di Kabupaten Bondowoso, (2)
tingkat pemesanan kembali (reorder point) pada usaha agroindustri keripik
singkong di Kabupaten Bondowoso, (3) strategi pengembangan agroindustri
keripik singkong di Kabupaten Bondowoso. Metode penelitian yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analitik. Terdapat 96 agroindustri keripik singkong di Kabupaten Bondowoso yang terdiri dari 2 jenis
skala usaha yaitu skala rumah tangga dan skala kecil. Berdasarkan metode
disproportionate stratified random sampling dan teory Gay, maka diambil sampel
sebanyak 10 agroindustri.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) tingkat pemesanan bahan baku
pada agroindustri keripik singkong skala rumah tangga dan skala kecil di
Kabupaten Bondowoso tidak sesuai dengan EOQ (Economic Order Quantity).
EOQ pada agroindustri keripik singkong skala rumah tangga adalah sebesar 181,2
kg. EOQ pada agroindustri keripik singkong skala kecil adalah sebesar 279,4 kg,
(2) Tingkat pemesanan kembali bahan baku atau Reorder Point (ROP) pada
agroindustri keripik singkong skala rumah tangga adalah sebesar 64 kg dan
tingkat pemesanan kembali bahan baku atau Reorder Point (ROP) pada
agroindustri keripik singkong skala kecil adalah sebesar 320 kg. Agroindustri
skala rumah tangga dan skala kecil memiliki tingkat pemesanan kembali (ROP)
sama dengan jumlah pemesanan awal, masing-masing yaitu 64 kg dan 320 kg
sehingga dikatakan mengalami kekurangan persediaan ubikayu sebagai bahan
baku, (3) Strategi terpilih dari analisis SWOT untuk pengembangan agroindustri
keripik singkong di Kabupaten Bondowoso adalah strategi SO sebagai berikut: (a)
Agroindustri keripik singkong skala rumah tangga: Meningkatkan produktivitas
dan mempertahankan pasar yang ada, (b) Agroindustri keripik singkong skala
kecil: Mempertahankan pasar yang ada serta memperluas jangkauan pasar dan
meningkatkan produktivitas. | en_US |