PERILAKU SWING VOTERS DALAM MEMBELI KARTU SELULER (STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN MANAJEMAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER)
Abstract
Era globalisasi sekarang ini telah mengalami banyak kemajuan di berbagai
sektor kehidupan manusia. Mulai dari hal kecil sampai hal yang besar dan membawa
dampak besar dalam perubahan hidup. Salah satu kemajuan yang paling besar
membawa pengaruh dalam kehidupan manusia padaa zaman sekarang ini adalah
kemajuan dalam bidang komunikasi. Kebutuhan akan komunikasi dalam kehidupan
manusia merupakan kebutuhan pokok. Dengan adanya kemajuan dalam bidang
komunikasi, segala urusan dapat dilakukan dengan baik dan lancar, seperti dalam
bersosialisasi. Tidak ada lagi pembatas yang bisa membendung keinginan manusia
untuk berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun,dan dimanapun.
Salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi adalah handphone
(telepon genggam). Hampir semua orang memiliki alat ini karena penggunaannya
yang mudah dan efisien. Penggunanaan telepon genggam tidak lepas dari kartu
seluler yang merupakan chip pendukung dalam pengoperasian telepon genggam
tersebut. Kartu seluler atau kartu SIM adalah sebuah kartu pintar seukuran perangko
yang ditaruh di telepon genggam yang menyimpan kunci pengenal jasa
telekomunikasi. Di Indonesia ada lebih dari 5 operator kartu seluler yang bersaing
dalam menarik minat konsumen. Namun, hanya 4 operator GSM antara lain
Telkomsel, Excelmindo, 3, dan Indosat yang melakukan persaingan besar-besaran
dengan promo yaitu penggunaan internet yang dikhususkan dalam penggunaan hp
smartphone dan Blackberry dengan menggunakan berbagai media yang ada seperti
media televisi, internet, media cetak dan lain sebagainya. Mulai dari tarif internet yang murah, jaringan atau sinyal yang kuat, banyaknya kuota yang di dapat,
kecepatan mendownload suatu aplikasi atau lagu, dan lain sebagainya.
Adanya persaingan antar operator ini ternyata menimbulkan fenomena
menarik dari swing voters. Swing voters adalah konsumen yang berpindah-pindah
operator satu ke operator lain demi mendapatkan keuntungan pribadi. Hal ini
didukung dengan maraknya penggunaan smartphone yang merupakan kebutuhan di
zaman sekarang ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi
studi kasus dilakukan agar dapat menangkap fenomena-fenomena yang ada di
lapangan kemudian dikaji lebih dalam lagi. Sesuai dengan penjelasan Nasir (1988:
63), deskriptif kualitatif merupakan pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat
sesuai dengan realitas ysng ada.
Hasil dari wawancara seluruh informan yaitu mahasiswa Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang berjumlah sepuluh orang, jawaban
terbanyak yang mereka utarakan tentang kartu seluler yang digunakan untuk
kebutuhan komunikasi adalah gratis SMS dan telepon yang murah. Sedangkan untuk
pertimbangan kartu seluler yang digunakan untuk mengakses internet adalah sinyal,
harga dari kartu perdana, dan harga paket internet. Perilaku swing voters dalam
membeli kartu seluler berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang berjumlah
sepuluh orang menyatakan bahwa hal utama yang menjadi pertimbangan adalah
gratis SMS banyak. Pertimbangan informan dalam membeli kartu seluler berdasarkan
kebutuhan mengakses internet. Jawaban terbanyak yang diperoleh dari wawancara
dengan informan adalah sinyal. Kualitas sinyal yang baik sangat mempengaruhi
kinerja kecepatan dalam mengakses internet. Alasan informan menjawab sinyal yang
menjadi pertimbangan pertama dalam memutuskan membeli kartu seluler karena
terkadang internet dibutuhkan pada saat keadaan yang darurat sehingga perlu adanya
sinyal yang memiliki kualitas yang baik agar informan bisa mengakses internet
dimana saja dan kapan saja.