HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PANGAN SUMBER PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA SISWA SEKOLAH DASAR
Abstract
Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Anemia gizi
adalah kekurangan kadar Hb dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat
gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar
anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia
kekurangan zat besi atau Anemia Gizi Besi (AGB). Anak-anak merupakan kelompok
umur yang paling rawan terkena anemia terutama anemia gizi besi karena kebutuhan
mereka akan zat besi relatif lebih besar untuk pertumbuhan tubuhnya. Penyebab
anemia tersebut adalah rendahnya konsumsi makanan sumber zat besi, protein dan
vitamin C. Ketiga macam zat gizi tersebut dapat mempengaruhi terjadinya anemia
karena zat besi berperan dalam pembentukan hemoglobin baru. Sedangkan protein
berfungsi sebagai bahan pembentuk hemoglobin dan vitamin C dapat meningkatkan
penyerapan zat besi non hem sampai empat kali lipat. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan sumber protein, zat besi,
dan vitamin C dengan status anemia pada anak sekolah dasar. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk
mengembangkan program dan intervensi yang tepat dalam upaya pencegahan anemia
pada anak sekolah dasar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik observasional dan
berdasarkan waktunya merupakan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di
SDN Mangaran 03 Kecamatan Ajung Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas III, IV dan V dengan jumlah 56 anak. Sampel dipilih dengan cara
x
stratified random sampling. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan anak
dan keluarga anak menggunakan kuesioner dan angket. Data status anemia diperoleh
dari hasil pengukuran kadar hemoglobin menggunakan metode Cyanmethemoglobin
yang dilakukan oleh tenaga ahi dari Jember Medical center (JMC). Selanjutnya, data
dianalisis menggunakan uji Korelasi Pearson dengan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang berumur 10-12 tahun
sebanyak 47 anak (83,93%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 anak
(53,57%). Pendidikan ibu anak adalah dasar yaitu sebanyak 49 ibu (87,5%), sebanyak
39 ibu (73%) bekerja, 32 anak (57,14%) pendapatan orang tuanya rendah dan
sebanyak 29 anak (51,79%) berada dalam keluarga kecil. Pangan sumber protein
yang sering dikonsumsi anak adalah beras yaitu sebanyak 56 anak (100%) dan untuk
pangan sumber zat besi sebanyak 46 anak (82,14%) sering mengonsumsi tempe dan
sebanyak 45 anak (80,36%) sering mengonsumsi bayam sebagai pangan sumber
vitamin C. Sebesar 37,5% tingkat konsumsi proteinnya dalam kategori sedang.
Tingkat konsumsi zat besi dan vitamin C dalam kategori defisit yaitu masing-masing
sebesar 58,92% dan 69,64%. Sebanyak 29 anak (51,79%) menderita anemia.
Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan tingkat
konsumsi sumber protein dan zat besi dengan status anemia dengan nilai p masingmasing
0,001 dan 0,014. Sedangkan antara tingkat konsumsi sumber vitamin C
dengan status anemia tidak terdapat hubungan dengan nilai p = 0,334. Berdasarkan
hasil tersebut, diharapkan pihak sekolah diharapkan dapat memberikan penyuluhan
kepada siswa tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang beragam dengan menu
gizi seimbang terutama bahan makanan sumber protein, zat besi dan vitamin C
sehingga asupan gizinya tercukupi.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]