Show simple item record

dc.contributor.advisorAsrumi
dc.contributor.advisorRochiyati S, Erna
dc.contributor.authorHasnawati, Ayu Muti’ah
dc.date.accessioned2016-01-13T01:41:03Z
dc.date.available2016-01-13T01:41:03Z
dc.date.issued2016-01-13
dc.identifier.nim110110201033
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/71129
dc.description.abstractWacana merupakan satuan bahasa paling besar yang digunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Wacana dapat berupa lisan atau tulisan. Salah satu bentuk penggunaan wacana tulis terdapat dalam penulisan wacana berita kriminal pada media online Detik. Wacana berita kriminal merupakan wacana yang berisi informasi mengenai tindak kejahatan yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa wacana berita kriminal harus ditulis menggunakan bahasa yang jelas, runtut, dan logis. Dengan demikian, informasi yang ingin disampaikan wacana tersebut dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Analisis kekohesian dan kekoherensian wacana diartikan sebagai kegiatan penyelidikan terhadap aspek-aspek pembangun keutuhan wacana. Sarana-sarana kohesi yang dipaparkan oleh Tarigan (1987:96-103) berdasarkan teori Halliday dan Hasan, terdiri atas piranti gramatikal dan piranti leksikal. Selain menggunakan teori tersebut sebagai landasan teori, juga digunakan teori Rani dkk. (2006:110-128) mengenai klasifikasi kata hubung berdasarkan hubungan yang diciptakan, teori Teun A. Van Djik yang dikemukakan Eriyanto (2001:242) mengenai jenis koherensi, Badudu (1988:135-136) mengenai ragam bahasa pers, dan Dewabrata (2004:19) mengenai ciri ragam bahasa jurnalistik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Artinya, dalam penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang ditemukan di lapangan. Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa wacana yang menunjukkan penggunaan penanda formal kohesi dan koherensi dalam berita kriminal pada media online Detik selama kurun waktu enam bulan, yaitu bulan September 2014 s.d. Februari 2015. Setelah itu, data diklasifikasikan berdasarkan penanda formal yang digunakan. Tahapan-tahapan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) tahap penyediaan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5-7). Kekohesian dan kekoherensian wacana berita kriminal pada media online Detik ditunjukkan oleh piranti gramatikal dan piranti leksikal. Piranti gramatikalnya meliputi: (1) Pronomina, yang terdiri atas pronomina persona pertama dan ketiga, pronomina demonstrativa, pronomina empunya, dan pronomina tak takrif, (2) substitusi, yang berupa substitusi verbal dan substitusi nominal, (3) elipsis, yang berupa elipsis nominal dan elipsis klausa, dan (4) konjungsi, yang berupa piranti urutan waktu, piranti pilihan, piranti alahan, piranti ketidakserasian, piranti aditif, piranti kontras, piranti komparatif, piranti sebab-akibat, piranti konsesi, dan piranti tegasan, sedangkan piranti leksikalnya meliputi: (1) repetisi berupa repetisi penuh, repetisi sebagian dan repetisi berubah bentuk, (2) sinonimi berupa sinonimi kata dengan kata dan sinonimi frasa dengan frasa, (3) antonimi berupa antonimi majemuk dan antonimi yang bersifat relasional, (4) hiponimi ditandai dengan kata yang berfungsi sebagai makna atas yang lebih luas, (5) kolokasi ditandai adanya kata atau frasa yang berada pada lingkup yang sama, (6) ekuivalensi ditandai oleh sejumlah kata yang telah mengalami proses afiksasi dan berasal dari morfem asal yang sama. Selain itu, ditemukan jenis kekoherensian wacana berdasarkan teori Teun A. Van Dijk berupa koherensi kondisional dan koherensi pembeda. Selain kekohesian dan kekoherensian wacana, juga ditemukan ketidakkohesian dan ketidakkoherensian wacana. Berdasarkan struktur penulisannya, diperoleh faktor penyebab ketidakkohesian dan ketidakkoherensian tersebut, meliputi: (1) ketidaktepatan pada penggunaan pronomina, (2) penggunaan konjungsi di awal kalimat, (3) penggunaan diksi yang tidak sesuai, (4) penggunaan kata-kata rancu, (5) anak kalimat dan induk kalimat yang tidak dapat dibedakan, (6) ketidaklogisan, (7) struktur penulisan yang tidak runtut.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKekohesian dan Kekoherensian Wacanaen_US
dc.titleKEKOHESIAN DAN KEKOHERENSIAN WACANA DALAM BERITA KRIMINAL PADA MEDIA ONLINE DETIKen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record