PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN BERBANTUAN VIDEO PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI PENAWUNGAN 03 KECAMATAN RANUYOSO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Abstract
Hasil pengamatan prasiklus, diperoleh bahwa kemampuan membaca puisi
siswa di SD Negeri Penawungan 03 sangat rendah. Dikatakan rendah karena dari 10
siswa hanya terdapat 2 siswa yang dapat membaca puisi cukup baik, nilai siswa
tersebut adalah 70,8 dan 8 siswa lainnya mendapat nilai di bawah 60. Padahal standar
ketuntasan minimal untuk kompetensi dasar membaca puisi di SD Negeri Penawungan
03 adalah 60.
Proses pelaksanaan pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
yang dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 3 SDN Penawungan 03 adalah
sebagai berikut: 1) Pemodelan dilakukan dengan menayangkan video pembacaan puisi
untuk menarik perhatian dan antusiasme siswa; 2) Untuk menambah bekal siswa
dalam membaca puisi, meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri siswa, pemodelan
juga dilakukan oleh guru kelas 6 yang mumpuni dalam membaca puisi; 3)Siswa
dibimbing untuk memahami isi puisi yang akan dibaca agar siswa lebih mudah dalam
menghayati dan menampilkan ekspresi sesuai puisi yang dibacanya; 4) Guru
melatihkan pembacaan puisi secara baris perbaris untuk ditirukan siswa baik secara
klasikal maupun per deret tempat duduk agar siswa lebih mudah melafalkan kata -kata
dalam puisi tersebut dengan benar dan dapat mengikuti jeda maupun intonasinya
dengan tepat.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan
berbantuan video dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa kelas 3 SDN
Penawungan 03 tahun pelajaran 2010/2011. Setelah diterapkan pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan berbantuan video, diketahui kemampuan
membaca siswa kelas 3 SDN Penawungan 03 Ranuyoso Kabupaten Lumajang
mengalami peningkatan. Sebelum menggunakan teknik pemodelan (prasiklus) hanya
terdapat dua orang siswa yang mencapai nilai ≥ 60. Setelah diterapkan teknik
pemodelan, pada siklus I terdapat 5 orang siswa yang mencapai nilai ≥ 60. Pada siklus
II yang merupakan perbaikan dari siklus I, yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 8 siswa
atau 80 % dari total 10 siswa.