ETNOFARMASI SUKU TENGGER KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN
Abstract
Harga obat sintesis yang semakin meningkat seiring dengan efek
sampingnya bagi kesehatan mengakibatkan adanya peningkatan penggunaan obat
tradisional oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di
sekitar. Obat tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Indonesia sejak
dulu dan diwariskan kepada generasi penerusnya hingga saat ini. Namun proses
pewarisan pengetahuan pengobatan tradisional banyak dilakukan secara lisan dan
masuknya budaya modern ke masyarakat lokal dikhawatirkan dapat menyebabkan
tergerusnya pengetahuan lokal tersebut. Hal tersebut mendorong upaya pelestarian
pengetahuan lokal berupa pengobatan tradisional agar pengetahuan lokal tersebut
tidak hilang ditelan masa.
Suku Tengger merupakan salah satu suku di Indonesia yang masih
memegang teguh adat istiadat dan tradisi yang diwariskan oleh pendahulunya. Salah
satu warisan budaya yang masih dilestarikan adalah budaya pengobatan tradisional
menggunakan bahan alam yang ada di sekitar. Sejauh ini sudah dilakukan
dokumentasi mengenai pengobatan tradisional tersebut di tiga wilayah yang berbeda,
yaitu Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang, dan Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan merupakan wilayah Suku Tengger yang
belum terdokumentasikan pengetahuan obat tradisionalnya.Oleh karena itu perlu
dilakukan dokumentasi pengobatan tradisional di wilayah tersebut untuk mendapatkan dokumentasi yang utuh mengenai pengobatan tradisional Suku Tengger
melalui penelitian dengan pendekatan etnofarmasi.
Hasil penelitian etnofarmasi pada Suku Tengger Kecamatan Tosari
Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari 5 desa, yaitu Desa Tosari, Desa Wonokitri,
Desa Sedaeng, Desa Ngadiwono, dan, Desa Podokoyo terinventarisasi 62 jenis
penyakit yang diobati menggunakan 98 tanaman, 14 hewan dan 7 bahan mineral
dalam 256 resep tradisional yang berasal dari 42 informan. Dalam penelitian ini
dilakukan analisis kuantitatif menggunakan analisis Use Value dan Informant
Concensus Factor untuk mengetahui jenis tumbuhan, hewan, dan bahan mineral yang
dianggap penting oleh populasi dan digunakan untuk mengobati jenis penyakit yang
dianggap penting oleh populasi. Berdasarkan nilai UV dan ICF kemudian didapatkan
17 tumbuhan, 3 hewan, dan 1 bahan mineral yang berpotensi untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut yaitu, kunyit (Curcuma domestica Valeton), dringu (Acorus
calamus L), adas (Foeniculum vulgare Mill.), bawang putih (Allium sativum L.), tepung
otot (Borreria laevis Griseb.), kecubung gunung (Brugmansia suaveolens (Willd.)
Bercht. & J.Presl), seledri (Apium graveolens L.), jambu wer (Elaeocarpus longifolius
Blume), pisang (Musa sp.), ganjan (Tagetes signata Bartl.), ciplukan (Physalis angulata
L.), grunggung (Potentilla arguta Pursh), sirih (Piper betle L.), jamur impes (Bovista
gigantea (Batsch) Gray), pisang raja (Musa sapientum L..), kentang putih (Solanum
tuberosum L.), calingan (Rubus rosa L.H.Bailey), telur ayam kampung (Gallus gallus
domesticus), kadal (Mabuya multifasciata), lebah madu (Apis andreniformis Smith), dan
abu hasil pembakaran arang (Karbon).
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]