dc.description.abstract | Hama ulat grayak menjadi salah satu hama utama pada tanaman kedelai. Karakter morfologi yang dimiliki setiap
genotipe menjadi tolak ukur ketahanan terhadap serangan ulat grayak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan tingkat ketahanan 9 genotipe kedelai terhadap serangan ulat grayak, untuk mengetahui
kesukaan makan (preferensi) ulat grayak pada sembilan genotipe kedelai dan untuk mengetahui hubungan kerapatan
trikoma dengan intensitas kerusakan ulat grayak. Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian lapang
dilaksanakan di green house Politeknik Negeri Jember dan penelitian laboratorium dilaksanakan di laboratorium Ilmu
Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada bulan Juli 2013 sampai dengan Desember 2013.
Intensitas kerusakan menjadi tolak ukur ketahanan genotipe kedelai. Sinduro memiliki ketahanan paling rendah
dengan intensitas serangan 28,33%, sedangkan Ijen memiliki ketahanan paling tinggi diantara 9 genotipe lainnya
dengan intensitas serangan 16,67%. Untuk uji preferensi juga menghasilkan ketahanan yang sama untuk serangan
tertinggi terjadi pada genotipe Sinduro dengan intensitas kerusakan (yang dimakan) 22,64% sedangkan genotipe yang
memiliki intensitas kerusakan terendah yaitu genotipe Ijen dengan intensitas kerusakan (yang dimakan) 9,72%.
Tingkat ketahanan suatu genotipe salah satunya ditentukan oleh kerapatan trikoma, semakin rapat trikoma ketahanan
semakin tinggi. Setiap genotipe memiliki potensi hasil yang berbeda, Sinduro memiliki ketahanan paling rendah
terhadap ulat grayak diikuti dengan rendahnya bobot biji dengan jumlah 0,23 gram pertanaman tetapi tidak diikuti
dengan Ijen yang memiliki ketahanan paling tinggi tidak diikuti dengan tingginya bobot biji, Burangrang memiliki
bobot biji paling tinggi diantara 9 genotipe lainnya yaitu 2,83 gram/tanaman. | en_US |