Show simple item record

dc.contributor.authorSrujianto
dc.date.accessioned2013-12-09T07:08:22Z
dc.date.available2013-12-09T07:08:22Z
dc.date.issued2013-12-09
dc.identifier.nimNIM071510401067
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6798
dc.description.abstractLayu Fusarium merupakan salah satu penyakit pisang yang paling banyak menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 35%. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp cubense. Sampai saat ini, diketahui bahwa ada 4 ras F. oxysporum yang menyerang tanaman pisang di dunia. Ras 1 patogenik terhadap pisang bergenom AAA, AAB dan AAAA, ras 2 menyerang pisang dengan genom ABB dan AAAA, ras 3 hanya patogen terhadap tanaman hias Heliconia caribea, dan ras 4 adalah ras paling ganas yang menyerang semua jenis pisang. Dilaporkan bahwa Bacillus subtilis sudah digunakan untuk mengendalikan F. oxysporum f.sp lycopersici pada tomat, dan Phytophthora capsici pada cabai, dan Pseudomonas fluorescens sudah banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman, diantaranya untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada mentimun, layu bakteri pada pisang (Ralstonia solanacearum) dan antraknos pada tanaman cabai merah. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini ingin digunakan B. subtilis dan P. fluorescens sebagai agen untuk mengendalikan F. oxysporum pada pisang kepok (M. balbisiana cv. kepok). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Efektivitas kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens, dan B. subtilis atau P. fluorescens secara tunggal untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada pisang kepok, (2) Waktu dan frekuensi aplikasi yang tepat untuk menekan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang kepok. Formulasi B. subtilis dan P. fluorescens diperoleh dari Evi Febriyani (2010), sedangkan isolat F. oxysporum dan bibit pisang kepok rata-rata berdaun 4 diperoleh dari Ir. Abdul Majid, MP. Bibit pisang tersebut kemudian ditanam di lahan Agrotechnopark UNEJ pada bulan Agustus 2010 sampai bulan Januari 2011. Pada penelitian ini di gunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor macam formulasi (A) dan faktor frekuensi aplikasi (B). Faktor A terdiri dari empat macam formulasi, yaitu (A1) bahan pembawa (Carboxymethyl Cellulose/CMC, Talc dan CaCO ) + 5% glukosa + P. fluorescens, (A2) bahan pembawa + 5% glukosa + B. subtilis, (A3) bahan pembawa + 5% glukosa + P. fluorescens + B. subtilis dan (A4) bahan pembawa + 5% glukosa. Faktor B terdiri dari tiga perlakuan, yaitu aplikasi satu kali (B1), Aplikasi dua kali (B2) dan aplikasi tiga kali (B3). Masing-masing kombinasi perlakuan (AB) di ulang sebanyak tiga kali. Gejala penyakit layu Fusarium pada pisang kepok pertama kali muncul pada 15 hsi yaitu mula-mula menguningnya tepi daun yang kemudian meluas ke seluruh bagian daun, daun layu dan mengering. Pada gejala dalam, apabila bagian pangkal batang di belah, disekitar pembuluh batang terlihat berwarna coklat dan kemudian pembuluh batang menjadi busuk. Masa inkubasi penyakit layu Fusarium pada perlakuan kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens lebih panjang (32,48 hsi) daripada B. subtilis (24,54 hsi) atau P. fluorescens (24,59 hsi), dan dengan kontrol (15,02 hsi). Dari perlakuan kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens, dan B. subtilis atau P. fluorescens secara tunggal, ternyata kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens yang paling baik untuk menekan keparahan penyakit (20,83 %) dibandingkan dengan B. subtilis (37,96 %) atau P. fluorescens (41,67 %), dan dengan kontrol (73,61 %) pada 60 hsi. Frekuensi aplikasi kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens, B. subtilis atau P. fluorescens secara tunggal, tidak berpengaruh terhadap masa inkubasi dan keparahan penyakit. Hal ini disebabkan karena jangka waktu untuk aplikasi terlalu pendek, yaitu pada 30 hst, 44 hst dan 58 hst. Padahal untuk keberhasilanya diperlukan aplikasi dengan waktu selang 2 bulan sebelum dan setelah tanam. Pada umur tanaman 90 hst atau 30 hsi, aplikasi B. subtilis dan P. fluorescens, B. subtilis atau P. fluorescens secara tunggal tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pisang kepok. Hal ini disebabkan karena waktu pengamatan terlalu pendek. Disimpulkan bahwa formulasi kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens lebih efektif untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada pisang kepok daripada aplikasi B. subtilis atau P. fluorescens secara tunggal.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries071510401067;
dc.subjectFormulasi Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, layu fusarium, pisangen_US
dc.titleEfektivitas Formulasi Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang Kepok (Musa balbisiana cv. kepok).en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record