dc.description.abstract | Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah
satu aspek penting pada praktek perlindungan tanaman. Pengendalian OPT yang
digunakan oleh petani di Indonesia masih menggunakan pengendalian kimia.
Padahal pengendalian kimia tersebut menimbulkan banyak permasalahan. Untuk
mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan pengendalian kimia terhadap hama,
dikembangkan pengendalian hayati.
Salah satu agens hayati yang digunakan untuk pengendalian hayati adalah
nematoda entomopatogen (NEP), yang dapat menggantikan fungsi insektisida
sintetis. Nematoda entomopatogen yang banyak diteliti dan dikembangkan berasal
dari genus Steinernema dan Heterorhabditis. Nematoda entomopatogen
Steinernema spp. berasosiasi dengan bakteri Xenorhabdus nematophilus dalam
mematikan larva serangga.
Untuk menggantikan peran insektisida, NEP harus diformulasikan agar
dapat disimpan dalam waktu yang lama dan dapat dipasarkan. Formulasi yang
banyak dipakai di Indonesia untuk mengemas NEP masih berupa spons
(monoxenic slide culture). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tentang
viabilitas nematoda entomopatogen Steinernema spp. dalam formulasi granular.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hayati Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember. Waktu
pelaksanaan penelitian dimulai sejak Januari hingga Agustus 2011. Penelitian ini
meneliti empat macam formulasi granular, yaitu formulasi A, B, C, dan D yang
masing-masing menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan
faktor bahan formulasi dan suhu penyimpanan, dimana faktor bahan formulasi
meliputi formulasi A adalah tepung terigu, tepung terigu-wheat germ, dan tepung
wheat germ, sedangkan formulasi B, C, dan D adalah tepung terigu, tepung teriguwheat
germ, tepung wheat germ, dan tepung roti. Faktor kedua adalah suhu
penyimpanan meliputi penyimpanan pada suhu 4
o
C dan 25
o
C. Masing-masing
kombinasi perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 ulangan. Data hasil pengamatan
jumlah nematoda tiap gram granular yang aktif kembali (pengamatan hari kesatu,
kedua, ketiga, dan ketujuh) pada setiap formulasi (formulasi A, B, C, dan D), diuji
dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada formulasi A, viabilitas
nematoda dapat mencapai satu hari penyimpanan (perlakuan bahan tepung terigu,
suhu penyimpanan 4
o
C) dan pada formulasi B, viabilitas nematoda mencapai dua
hari penyimpanan (perlakuan tepung wheat germ, suhu penyimpanan 4
C). Pada
formulasi C, hasil terbaik didapatkan pada perlakuan bahan tepung wheat germ
dan suhu penyimpanan 4
o
C. Sedangkan pada formulasi D, viabilitas NEP terbaik
adalah granular yang menggunakan bahan tepung terigu dan disimpan pada suhu
4
o
C. Pada formulasi C dan D, viabilitas nematoda entomopatogen telah mencapai
7 hari | en_US |