Show simple item record

dc.contributor.advisorAndianto, Mujiman Rus
dc.contributor.advisorWidjajanti, Anita
dc.contributor.authorYanto, Andri
dc.date.accessioned2015-12-08T02:26:53Z
dc.date.available2015-12-08T02:26:53Z
dc.date.issued2015-12-08
dc.identifier.nim090210402057
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/67088
dc.description.abstractJenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan interdisipliner. Sumber data pada penelitian ini berasal dari tuturan ujub yang dituturkan oleh tukang ngajatne genduren, sedangkan data pada penelitian ini adalah segmen-segmen tutur dalam tuturan ujub yang mengisyaratkan atau mingidentifikasikan sebagai simbol-simbol lingual. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, sedangkan analisis data terdiri dari tiga proses yakni (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) menarik kesimpulan dan verifikasi temuan. Pembahasan menunjukkan bahwa dalam tuturan ujub genduren siklus terdapat simbol-simbol lingual dan makna simbol berupa; (1) sekul suci ulam sari berwujud nasi putih dan ayam ingkung yang merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan, (2) jenang pethak lan abrit berwujud bubur berwarna putih dan merah merupakan lambing identitas anak, (2) jenang baro-baro berwujud bubur berwarna putih dengan parutan gula merah dan parutan kelapa diatasnya merupakan simbol kakang kawah adi ari-ari, (4) jenang sliringan berwujud bubur setengah merah dan setengahnya putih merupakan simbol kiblat papat lima pancer, (5) jenang sengkala berwujud bubur merah yang atasnya diberi putih, bertujuan menolak segala malapetaka, (6) sekul brok berwujud nasi putih merupakan penghormatan kepada bumi dan langit, (7) sego golong berwujud nasi putih yang berbentuk bola merupakan lambing kekuatan dan keterikatan hidup, (8) buceng berwujud nasi putih yang memiliki bentuk kerucut merupakan lambang manusia yang religius, (9) sekul punar berwujud nasi yang berwarna kuning, lambang kebahagian, (10) sekar setaman berbujud berbagai bunga bertujuan mempersatukan ikatan keluarga antara orang tua dan anak, (11) apem bertujuan agar orang yang telah mati mendapatkan pengampunan dari Tuhan, dan (12) gedhang ayu suruh ayu berwujud pisang dan daun sirih bertujuan segala citacita dan tujuannya terwujut dan dapat memakmurkan hidupnya. Selain terdapat simbol-simbol lingual dan maknanya, tuturan ujub genduren juga mengandung unsur-unsur mitologi, yakni: (1) pembeberan mitos, menggambarkan masyarakat yang memiliki ikatan solidaritas sosial dan hubungan pertalian darah yang kuat, (2) kepercayaan masyarakat terhadap mitos, masyarakat percaya pada mitos-mitos yang bersifat sakral, yang mempengaruhi pola berfikir yang bersandar pada nasib, dan (3) nilai-nilai mitologis, meliputi pengakuan keberadaan alam gaib dan pengakuan keberadaan roh penunggu (dhanyang). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Simbol-simbol lingual dalam tuturan ujub genduren bukan kata-kata lugas, simbol-simbol tersebut menggambarkan hubungan manusia secara horisontal dan vertikal, (2) memiliki makna yang mendalam tentang wawasan kosmologis, (3) menggambarkan mitosmitos tentang dunia empiris dan meta-empiris (dunia gaib). Saran yang diberikan sebagai berikut: (1) Penelitian lebih lanjut penting dilakukan dengan sudut pandang yang berbeda, baik teori maupun metode. Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai bahan tambahan informasi ilmiah tentang upacara genduren; (2) Penelitian ini dapat digunakan guru sebagai ancangan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolahen_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSimbol Lingualen_US
dc.subjectTuturan “Ujub Genduren”en_US
dc.subjectSiklus Hidup Masyarakat Seneporejoen_US
dc.titleSIMBOL-SIMBOL LINGUAL DALAM TUTURAN “UJUB GENDUREN” SIKLUS HIDUP MASYARAKAT SENEPOREJOen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record