SIMBOL-SIMBOL LINGUAL DALAM TUTURAN “UJUB GENDUREN” SIKLUS HIDUP MASYARAKAT SENEPOREJO
Abstract
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan interdisipliner. Sumber data pada penelitian ini berasal dari tuturan ujub yang dituturkan oleh tukang ngajatne genduren, sedangkan data pada penelitian ini adalah segmen-segmen tutur dalam tuturan ujub yang mengisyaratkan atau mingidentifikasikan sebagai simbol-simbol lingual. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, sedangkan analisis data terdiri dari tiga proses yakni (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) menarik kesimpulan dan verifikasi temuan.
Pembahasan menunjukkan bahwa dalam tuturan ujub genduren siklus terdapat simbol-simbol lingual dan makna simbol berupa; (1) sekul suci ulam sari berwujud nasi putih dan ayam ingkung yang merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan, (2) jenang pethak lan abrit berwujud bubur berwarna putih dan merah
merupakan lambing identitas anak, (2) jenang baro-baro berwujud bubur
berwarna putih dengan parutan gula merah dan parutan kelapa diatasnya
merupakan simbol kakang kawah adi ari-ari, (4) jenang sliringan berwujud
bubur setengah merah dan setengahnya putih merupakan simbol kiblat papat lima
pancer, (5) jenang sengkala berwujud bubur merah yang atasnya diberi putih,
bertujuan menolak segala malapetaka, (6) sekul brok berwujud nasi putih
merupakan penghormatan kepada bumi dan langit, (7) sego golong berwujud nasi
putih yang berbentuk bola merupakan lambing kekuatan dan keterikatan hidup,
(8) buceng berwujud nasi putih yang memiliki bentuk kerucut merupakan
lambang manusia yang religius, (9) sekul punar berwujud nasi yang berwarna
kuning, lambang kebahagian, (10) sekar setaman berbujud berbagai bunga
bertujuan mempersatukan ikatan keluarga antara orang tua dan anak, (11) apem
bertujuan agar orang yang telah mati mendapatkan pengampunan dari Tuhan, dan
(12) gedhang ayu suruh ayu berwujud pisang dan daun sirih bertujuan segala citacita
dan tujuannya terwujut dan dapat memakmurkan hidupnya. Selain terdapat
simbol-simbol lingual dan maknanya, tuturan ujub genduren juga mengandung
unsur-unsur mitologi, yakni: (1) pembeberan mitos, menggambarkan masyarakat
yang memiliki ikatan solidaritas sosial dan hubungan pertalian darah yang kuat,
(2) kepercayaan masyarakat terhadap mitos, masyarakat percaya pada mitos-mitos
yang bersifat sakral, yang mempengaruhi pola berfikir yang bersandar pada nasib,
dan (3) nilai-nilai mitologis, meliputi pengakuan keberadaan alam gaib dan
pengakuan keberadaan roh penunggu (dhanyang).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Simbol-simbol lingual dalam
tuturan ujub genduren bukan kata-kata lugas, simbol-simbol tersebut
menggambarkan hubungan manusia secara horisontal dan vertikal, (2) memiliki
makna yang mendalam tentang wawasan kosmologis, (3) menggambarkan mitosmitos
tentang dunia empiris dan meta-empiris (dunia gaib). Saran yang diberikan
sebagai berikut: (1) Penelitian lebih lanjut penting dilakukan dengan sudut
pandang yang berbeda, baik teori maupun metode. Penelitian ini dapat digunakan
oleh peneliti selanjutnya sebagai bahan tambahan informasi ilmiah tentang
upacara genduren; (2) Penelitian ini dapat digunakan guru sebagai ancangan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah