Show simple item record

dc.contributor.advisorSunarko, Bagus Sigit
dc.contributor.advisorYuniati, Sri
dc.contributor.authorFaesal, Brian
dc.date.accessioned2015-12-05T06:38:04Z
dc.date.available2015-12-05T06:38:04Z
dc.date.issued2015-12-05
dc.identifier.nim100910101042
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66614
dc.description.abstractPada tahun 2013, politik Mesir kembali diwarnai oleh kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan Presiden Mohammed Morsi. Kudeta tersebut menghasilkan pemerintahan baru dibawah Abdel Fattah el-Sisi yang berasal dari golongan militer. Amerika Serikat sebagai sekutu Mesir, mengecam kudeta tersebut dan memutuskan membekukan bantuan ekonomi dan militer tahunan kepada Mesir. Bantuan ekonomi dan militer dari Amerika Serikat merupakan sumber daya utama Mesir melawan terorisme di wilayahnya. Pada November 2013, delegasi Rusia yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov datang ke Mesir menawarkan bantuan militer. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan penjualan senjata militer senilai dua miliar dolar Amerika Serikat (USD). Kesepakatan penjualan senjata militer merupakan langkah awal Rusia membangun hubungan bilateral strategis dengan Mesir. Kesepakatan tersebut berkaitan dengan penjualan senjata militer pertama Rusia ke Mesir sejak era perang dingin. Kesepakatan penjualan senjata militer menghasilkan hubungan strategis baru Rusia dengan Mesir dan manuver politik Rusia untuk kembali menjadi aktor berpengaruh di Timur Tengah. Pada tahun 2014, Rusia dan Mesir kembali mencapai kesepakatan penjualan senjata militer senilai 3,5 miliar USD. Hubungan strategis ini juga mengarah kepada kesepakatan ekonomi. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk meneliti kepentingan Rusia dalam penjualan Alat Utama Sistem Persenjataan (alutsista) ke Mesir. Metode tersebut menuntut penulis untuk dapat menganalisis data dengan sifat deduktif, dan hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan datadata sekunder dari berbagai sumber. Landasan konseptual yang digunakan ialah konsep geopolitik dari Mackinder dan Mahan untuk menjelaskan perilaku negara viii kekuatan besar dalam memperebutkan wilayah geografis. Selain itu, penulis menambahkan teori hubungan internasional realis untuk menganalisis relasi negara kekuatan besar dalam politik internasional. Hasil penelitian membuktikan bahwa Rusia memiliki kepentingan jangka pendek dan jangka panjang di Timur Tengah. Kepentingan jangka pendek Rusia yaitu mengamankan pasar energi dan senjata. Kepentingan jangka panjang Rusia adalah berusaha mengimbangi kekuatan Amerika Serikat di Timur Tengah karena mengancam kepentingan Rusia seperti mengancam akan menyerang Suriah yang merupakan sekutu Rusia. Supaya dapat mencapai kepentingan tersebut, Rusia membutuhkan dukungan Mesir yang merupakan negara berpengaruh di Timur Tengah. Kesepakatan penjualan alutsista Rusia ke Mesir pada tahun 2013 menghasilkan dukungan Mesir kepada Rusia dalam politik internasional di Timur Tengah dan mampu mengamankan kepentingan Rusia serta menciptakan perimbangan kekuatan di Timur Tengah.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPENJUALAN ALAT UTAMAen_US
dc.subjectPERSENJATAAN KE MESIRen_US
dc.titleKEPENTINGAN RUSIA DIBALIK PENJUALAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN KE MESIRen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record